
KUTIPAN – Di tengah dunia yang isinya makin banyak yang ngegas daripada yang ngemil, masih ada kabar yang rasanya kayak minum es teh manis pas buka puasa. Bukan soal pencitraan, bukan soal politik, tapi soal momen sederhana yang sering luput dari radar netizen yang doyan debat kusir di kolom komentar. Ini cerita dari Lingga, tempat di mana polisi bukan cuma ngurus tilang, tapi juga bisa ngurusin hati yang butuh pelukan.
Hari Senin, 21 April 2025, yang biasanya dipenuhi drama Senin malas, di Kecamatan Singkep, Kabupaten Lingga, suasananya agak beda. Kapolres Lingga, AKBP Pahala Martua Nababan bareng sang istri tercinta, Ny. Esti PM Nababan, dateng ke Panti Asuhan. Tapi jangan salah sangka, bukan buat sidak atau operasi yustisi, tapi buat acara “berbagi bahagia”.
Acara ini diselenggarakan dalam rangka ulang tahun ke-45 Yayasan Kemala Bhayangkari. Iya, 45 tahun, gengs. Artinya, yayasan ini udah lebih tua dari separuh followers akun parodi lokal.
“Memperingati HUT ke-45 Yayasan Kemala Bhayangkari Tahun 2025, kami Pengurus Yayasan Kemala Bhayangkari Cabang Lingga mengadakan acara berbagi bahagia dan bermain bersama dengan anak-anak dari Panti Asuhan Kasih Ibu sebagai bentuk kepedulian dan rasa sayang kami kepada anak-anak sekalian,” ujar Ny. Esti PM Nababan, dengan suara yang bisa jadi bikin anak-anak panti senyum kayak dapet ciki isi tazos.
Kalau biasanya institusi berseragam itu datang dengan tampang serius dan seragam yang bikin deg-degan, kali ini mereka datang membawa, canda tawa, dan—tentu saja—tali asih. Nggak pakai sirine, nggak pakai protokoler ketat. Cuma niat baik dan semangat buat ngasih sedikit kebahagiaan buat mereka yang mungkin hidupnya belum banyak kenal pelukan.
Ny. Esti nggak cuma dateng buat seremonial belaka. Beliau juga ikut bermain, tertawa, dan ngobrol bareng anak-anak. Kayak tante baik hati yang dateng pas Lebaran, bawa kue dan cerita seru. Harapannya, acara ini bukan cuma jadi ajang selfie buat dokumentasi, tapi benar-benar bisa ninggalin kenangan manis buat anak-anak yang hadir.
“Diharapkan kegiatan ini tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga memberikan semangat, kehangatan, dan kenangan manis bagi semua yang hadir,” tambahnya.
Di tengah masyarakat yang makin kritis (baca: nyinyir), kegiatan kayak gini tuh semacam plot twist dari realita. Bahwa polisi dan jajarannya juga punya sisi empati. Bahwa ulang tahun itu nggak harus dirayain dengan pesta mewah, tapi bisa dengan berbagi tawa sama mereka yang kurang beruntung.
Pengurus Panti Asuhan Kasih Ibu juga nggak kalah haru. Mereka bilang, “Kegiatan ini menjadi bukti nyata komitmen Yayasan Kemala Bhayangkari Cabang Lingga dalam memberikan kontribusi positif bagi masyarakat, khususnya bagi anak-anak yatim piatu dan keluarga yang membutuhkan.” Dan itu bukan kalimat basa-basi. Itu harapan yang mungkin jarang dapat panggung di tengah hiruk-pikuk konten viral dan drama medsos.
Jadi, buat yang ngerasa dunia ini makin absurd dan kehilangan rasa, momen kayak gini tuh kayak teh panas di pagi hujan—sederhana, tapi bikin adem. Dan semoga bukan cuma di Lingga. Siapa tahu, setelah ini, daerah-daerah lain juga terinspirasi. Soalnya, berbagi itu nggak harus nunggu momen tertentu. Cukup datang, bawa niat baik, dan sisihkan waktu buat bikin orang lain tersenyum.
Biar acara kayak gini bukan cuma jadi berita setahun sekali, tapi jadi kebiasaan yang nular. Soalnya, kalau canda tawa dan kepedulian bisa ditularkan, itu lebih ampuh dari viral-viral receh di TikTok.
Tulisan ini masuk dalam rubrik Suara Kutipan, kiriman rilis yang telah dipoles dengan gaya media kutipan. Kalau mau kirim tulisan bisa kirim ke penuliskutipandotco@gmail.com.