
KUTIPAN – Ngomongin soal pendidikan anak usia dini (PAUD), masih banyak yang nganggep tempat itu cuma buat main-main doang. Tempat numpang nitip anak biar emak-bapaknya bisa kerja tenang. Padahal, kenyataannya jauh lebih serius dari itu. PAUD adalah tempat lahirnya karakter dan kecerdasan. Ini bukan dramatisir, ini fakta lapangan.
Makanya, Senin (16/6) kemarin, Bunda PAUD Provinsi Kepulauan Riau Hj. Dewi Kumalasari Ansar tegas banget waktu bicara di Rapat Koordinasi Bunda PAUD se-Kepri. Di hadapan para Bunda PAUD kabupaten/kota se-Kepri, beliau bilang, “Kita perlu memastikan bahwa pendidikan anak usia dini tidak dipandang sebagai tempat bermain semata, tapi sebagai wadah pembentukan karakter.”
Nah, ini yang kadang luput dari pandangan banyak orang. Masa usia dini itu masa emas. Kalau dilewatin gitu aja tanpa sentuhan pendidikan yang berkualitas, ya siap-siap aja masa depan anak jadi setengah matang.
Di rakor yang digelar di Gedung Dekranasda Tanjungpinang itu, Dewi Ansar juga ngenalin empat strategi utama buat memperkuat layanan PAUD: mulai dari advokasi dan sosialisasi, pemetaan data, penguatan kelembagaan, sampai kemitraan lintas sektor. Gak main-main, ini langkah konkret buat nyiapin generasi unggul Kepri.
Lebih jauh lagi, program “Gerakan Sadar 1 Tahun Pra Sekolah” bakal jadi tonggak penting buat memastikan semua anak di Kepri—termasuk yang di daerah 3T—bisa dapet akses PAUD yang layak. “Saya mengajak seluruh elemen, baik pemerintah, DPRD, organisasi wanita, hingga masyarakat, untuk menyatukan langkah demi membentuk generasi emas Kepri yang unggul, berkarakter dan siap menghadapi tantangan masa depan,” serunya.
Dari sisi pengawasan mutu, Kepala Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Kepri, Warsita, juga gak mau kalah. Beliau ngasih data yang cukup bikin mikir. Ternyata masih ada 51 desa di Kepri yang belum punya satuan PAUD. Artinya, sekitar 778 anak usia 5–6 tahun berpotensi gak dapet pendidikan prasekolah tahun depan.
Sedih, ya? Tapi ya begitulah realitanya. Angka partisipasi juga timpang banget. Kabupaten Lingga udah di angka 88,55 persen, sementara Batam baru nyentuh 48,29 persen. Kota besar, tapi ternyata masih ketinggalan.
Warsita menegaskan, “Data ini menunjukkan perlunya intervensi cepat dan tepat, serta keterlibatan aktif seluruh pemangku kebijakan daerah.” Artinya, ini bukan kerja satu-dua orang. Semua harus turun tangan.
Apalagi peran Bunda PAUD itu krusial banget. Gak cuma simbolik, tapi harus jadi penggerak di lapangan. “Bunda PAUD harus menjadi motor penggerak advokasi dan fasilitasi di lapangan agar layanan PAUD tidak hanya tersedia, tapi juga merata dan berkualitas,” ujarnya.
Di akhir sesi, Warsita juga ngajak semua pihak buat dukung gerakan “WAJAR 1 Tahun Prasekolah, Indonesia Cerdas.” Sebuah gerakan yang—kalau berhasil—bisa jadi fondasi kuat buat mencapai visi besar Indonesia Emas 2045. “Mari kita jadikan PAUD sebagai fondasi kuat pendidikan nasional demi mencetak generasi masa depan yang unggul,” tutupnya.
Jadi, buat yang masih nganggep PAUD itu cuma tempat mainan, yuk ubah cara pandang. Soalnya, dari sinilah karakter bangsa dibentuk. Dari sinilah generasi masa depan dimulai.
Editor: Fikri Artikel ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan, tanpa mengurangi substansi informasi.