
KUTIPAN – Menjelang pendaratan amfibi gabungan dalam latihan multinasional Super Garuda Shield (SGS) 2025), TNI Angkatan Laut menggelar Tactical Floor Game (TFG) di atas Gladak Heli KRI Makassar yang bersandar di Dabo Singkep, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau, Senin (1/9/2025).
Latihan ini dipimpin oleh Mayor Marinir Antok Krisdiana, Perwira Seksi Operasi Yonif 2 Marinir yang juga menjabat sebagai Wadanlat SGS 2025. Kehadiran militer dari Amerika Serikat, Belanda, Jepang, Korea Selatan, hingga Singapura memperlihatkan dimensi multinasional dari persiapan yang dilakukan.
Mengapa TFG Penting?
TFG bukan sekadar ritual sebelum manuver tempur. Di dalamnya terdapat penyamaan persepsi, pembagian peran, hingga skenario detail yang dipetakan melalui peta operasi berskala besar. Setiap kontingen memaparkan rencana manuvernya, lengkap dengan simbolisasi unit dan jalur komunikasi yang akan dipakai saat pendaratan.
Bagi TNI, keberhasilan TFG berarti keberhasilan mengintegrasikan strategi.
“Melalui TFG ini, kita bisa menyusun strategi pendaratan secara detail, mengetahui peran tiap unsur, serta menghindari kesalahan koordinasi saat operasi gabungan berlangsung,” ujar Mayor Antok.
Pesan yang Lebih Luas
Latihan ini tak hanya bicara soal teknis pendaratan amfibi. Ia juga menyampaikan pesan geopolitik: kesiapan TNI bersama mitra asing menjaga stabilitas Indo-Pasifik. TFG menjadi ruang di mana interoperabilitas diuji, koordinasi dipererat, dan profesionalisme militer ditampilkan ke publik internasional.
Ke depan, pendaratan gabungan akan menjadi puncak uji strategi. TFG hanyalah tahap awal untuk memastikan semua unsur bergerak dengan presisi, seraya menunjukkan bahwa latihan bersama ini lebih dari sekadar rutinitas: ia adalah simbol kerja sama militer lintas negara di kawasan strategis.





