
KUTIPAN – Wisuda PAUD sampai SMP di Tanjungpinang bakal tinggal kenangan. Lewat surat edaran resmi, Dinas Pendidikan Kota Tanjungpinang mengimbau semua satuan pendidikan, baik negeri maupun swasta, buat nahan diri: nggak perlu ada acara perpisahan atau seremoni kelulusan yang berpotensi bikin orang tua tambah mumet.
Surat edaran ini bukan sekadar wacana kosong. Ini tindak lanjut dari rekomendasi Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Provinsi Kepulauan Riau, lewat surat nomor B/15/III/2025/UPP. Intinya? Sekolah jangan-jangan bikin acara kelulusan yang malah membuka peluang pungutan liar. Yah, tahu sendirilah, kalau sudah urusan pungli, kadang bungkusnya rapi: “sumbangan sukarela”, “biaya kenangan”, “uang kostum”, “sewa gedung”, sampai “cetak album”, semua mengalir dari dompet orang tua.
Sekretaris Daerah Kota Tanjungpinang, Zulhidayat, nggak main-main soal ini. Beliau mengingatkan, “Perpisahan itu umumnya cukup memberatkan orang tua. Kita berharap, di tengah kondisi ekonomi yang sedang berusaha bangkit ini, tidak ada beban tambahan yang harus mereka tanggung,” kata Zulhidayat, Jumat (9/5/2025).
Mari logis sejenak. Kondisi ekonomi sekarang saja belum benar-benar stabil. Baru juga mulai bernafas setelah dihantam badai pandemi dan segala rembetannya. Eeeh, masa iya harus tambah ngos-ngosan buat biaya wisuda anak PAUD? Pakai toga, sewa gedung, bayar foto, beli seragam seragam-an, plus patungan konsumsi. Ini PAUD lho, belum kuliah.
Zulhidayat juga menegaskan, setelah lulus, siswa pasti butuh biaya lebih besar untuk lanjut ke jenjang pendidikan berikutnya. “Kunci dari surat edaran ini adalah agar kegiatan kelulusan tidak memberatkan orang tua. Kita ingin benar-benar menghindari adanya beban tambahan itu,” katanya.
Meski begitu, surat edaran ini sifatnya imbauan. Bukan larangan saklek. Kalau mau kumpul-kumpul ala farewell kecil, asal positif dan nggak nyeret dompet orang tua, ya silakan saja. Bebas, asal tetap ingat batasannya.
Sebenarnya, inisiatif ini cukup masuk akal. Momen perpisahan memang penting secara emosional. Tapi, apa iya harus diukur dari besarnya biaya? Bukankah kenangan bisa tercipta dari hal-hal sederhana? Mungkin cukup piknik bareng ke taman kota, bawa bekal sendiri, foto-foto pakai HP seadanya, lalu ketawa-tawa bareng. Bukankah itu esensinya?
Sampai kapan acara seremoni harus selalu berbanding lurus dengan banyaknya biaya keluar? Kalau dipikir, acara megah pun belum tentu lebih membekas ketimbang momen sederhana yang tulus.
Makanya, langkah Dinas Pendidikan Tanjungpinang ini layak didukung. Bukan soal anti perpisahan, tapi soal memilih mana yang lebih masuk akal dan adil. Daripada bebankan orang tua buat acara sehari, mending fokus siap-siap biaya pendidikan berikutnya. Karena, yakin deh, biaya daftar ulang, seragam baru, sampai iuran sekolah baru nanti nggak bakal kecil.
Untuk informasi beragam lainnya, kuti di channel WhatsApp: Channel 1 atau Channel 2
Editor: Fikri Laporan ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan.