
KUTIPAN – Suasana Lapangan Merdeka, Dabo Singkep, Sabtu (13/12/2025) sore, terasa berbeda dari biasanya. Sorak penonton, teriakan pelatih, dan semangat anak-anak muda berpadu dalam Kejuaraan Sepak Bola U-13 Piala ASKAB PSSI Lingga Tahun 2025 yang digelar oleh ASKAB PSSI Lingga.
Sebanyak 12 tim dari berbagai klub sepak bola di Kabupaten Lingga ikut ambil bagian. Para pemain yang rata-rata berusia 12 hingga 13 tahun ini tak hanya datang untuk mengejar piala, tapi juga mengumpulkan pengalaman bertanding yang jadi modal penting di masa depan.
Turnamen ini bukan ajang seremonial semata. Di balik peluit wasit yang ditiup, ada misi besar, mempersiapkan atlet sepak bola pelajar Lingga menuju Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA).
Ketua Panitia Kejuaraan ASKAB PSSI Lingga U-13, Supardi, menegaskan bahwa kejuaraan ini memang dirancang sebagai wadah pembinaan usia dini yang lebih serius dan terarah.
“Turnamen yang kita gelar ini khusus kategori usia U-13. Sasarannya persiapan untuk tim POPDA,” ujar Supardi.

Menariknya, ASKAB PSSI Lingga menerapkan format yang sedikit berbeda dari kebiasaan. Jika turnamen U-13 umumnya dimainkan di lapangan mini, kali ini para pemain justru ditantang tampil di lapangan standar dengan format 11 lawan 11.
“Biasanya anak-anak U-13 bermain di lapangan mini. Namun, untuk Piala ASKAB PSSI 2025 ini kita gunakan lapangan besar dan bermain full 11 lawan 11,” kata Supardi.
Keputusan ini bukan tanpa alasan. Menurut Supardi, regulasi dari pusat memang mengarahkan pemain usia 13 tahun untuk mulai beradaptasi dengan lapangan besar. Adaptasi ini penting agar pemain terbiasa dengan ritme permainan, kekuatan fisik, hingga pemahaman taktik yang lebih kompleks.
“Usia 13 tahun, sesuai regulasi dari pusat, mereka memang sudah diarahkan untuk bermain di lapangan besar. Ini menjadi bagian dari proses pembinaan berjenjang,” tambahnya.
Melalui kejuaraan ini, ASKAB PSSI Lingga berharap akan lahir bibit-bibit pesepak bola potensial yang kelak mampu membawa nama Kabupaten Lingga, tak hanya di level daerah, tetapi juga regional. Dari Lapangan Merdeka, mimpi-mimpi besar itu mulai ditendang dan diarahkan.





