KUTIPAN – Sebuah kejadian menyentuh hati terjadi di Desa Botubarani, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, ketika seekor Paus Sperma Kerdil (Kogia sima) ditemukan terdampar dalam kondisi tak bernyawa. Pagi itu, tanggal 25 April 2024, sekitar pukul 06.35 WITA, warga setempat menemukan makhluk laut yang langka ini sudah tidak bernapas lagi, dengan kondisi yang menyayat hati.
Kepala BPSPL Makassar, Permana Yudiarso, mengungkapkan bahwa paus betina malang tersebut telah memasuki fase pembusukan, dengan kulit yang mengelupas dan bagian tubuh yang rusak parah. Luka di kepala paus menunjukkan kemungkinan ia terluka oleh tombak, sebuah indikasi tragis dari interaksi manusia yang berakhir fatal.
Tim respon cepat yang terdiri dari para ahli dan pelestari lingkungan melakukan identifikasi dan pengukuran morfometrik, menemukan bahwa paus ini memiliki panjang tubuh sekitar 2,2 meter dan lingkar dada 1,5 meter. Dengan pertimbangan kondisi bangkai dan lokasi, tim memutuskan untuk mengubur paus tersebut di kedalaman sekitar 2 meter, sebuah upaya untuk menghormati keberadaannya yang terakhir di bumi ini.
Namun, kisah ini tidak berakhir di sana. Tim juga mengambil inisiatif untuk berdiskusi dan sosialisasi dengan warga setempat tentang pentingnya perlindungan mamalia laut. Mereka membagikan pengetahuan tentang langkah-langkah yang harus diambil saat menemukan mamalia laut terdampar, sebuah langkah penting dalam upaya konservasi.
Paus Sperma Kerdil adalah salah satu dari banyak mamalia laut yang dilindungi oleh negara. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 dan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 79 Tahun 2018 menjadi payung hukum yang melindungi mereka dari kepunahan. Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, telah menegaskan komitmen untuk menjaga kelestarian biota laut dan memastikan kelangsungan hidup mereka untuk kesejahteraan bangsa dan generasi mendatang.
Kisah Paus Sperma Kerdil di Gorontalo ini adalah pengingat bagi kita semua tentang kerentanan kehidupan di lautan dan pentingnya peran kita dalam konservasi. Mari kita ambil momen ini untuk merenung dan bertindak, agar tragedi serupa tidak terulang kembali.