
Hidup itu, kalau mau jujur, sering terasa kayak lomba yang nggak pernah selesai. Ada teman yang baru beli mobil, kita langsung merasa hidup kita stuck. Ada sepupu yang posting foto wisuda, kita mendadak minder sama ijazah yang masih di laci. Padahal, logikanya sederhana, sukses orang lain itu nggak otomatis bikin kita gagal. Tapi entah kenapa, perasaan kita suka salah tafsir.
Kalau dipikir pakai otak yang dingin, sebenarnya nggak ada satu pun manfaat dari hobi iri. Hidup orang lain nggak bisa kita atur, jadi buat apa repot-repot kesel? Sementara hal-hal yang jelas bisa kita kendalikan kayak usaha, waktu tidur, atau sekadar cara kita merespons malah sering diabaikan. Ironis, ya?
Menangani Hidup Itu Bukan Lomba Nyinyir
Logika dasarnya begini, kalau kita nyaman dengan diri sendiri, energi kita nggak akan kebuang buat mikirin gimana cara ngejatuhin orang lain. Orang yang damai dengan dirinya lebih sibuk mikirin gimana bayar listrik sebelum diputus, ketimbang sibuk gosipin cicilan motor tetangga.
Masalahnya, banyak orang salah kaprah. Mereka pikir kedamaian datang dari menang terus, kaya terus, diakui terus. Padahal, kedamaian itu datang dari penerimaan, nerima kalau hidup memang naik turun, nerima kalau orang lain bisa lebih dulu sampai garis finish, dan nerima kalau kita nggak harus selalu jadi juara untuk tetap merasa cukup.
Logikanya Sederhana: Fokus ke Yang Bisa Dikendalikan
Coba pikir, kamu macet dua jam di jalan. Mau maki-maki jalanan, pemerintah, atau bahkan mantan, ya macetnya tetap nggak berubah. Tapi kalau kamu pakai waktu itu buat dengerin podcast atau sekadar nyanyi sendirian, paling nggak emosimu bisa selamat. Logika sesimpel ini sering banget kita lupakan.
Begitu juga dengan hidup. Kita sibuk nyari celah buat iri, padahal jelas-jelas itu di luar kuasa kita. Hasilnya, hati makin sumpek, pikiran makin ruwet.
Benci Itu Boros Energi
Membenci orang lain itu kayak nyalain AC tapi jendela dibuka lebar-lebar, capek mesin, tagihan naik, dan kita tetap nggak nyaman. Lucunya, banyak orang masih rajin melakukannya. Padahal, kalau dihitung dengan kalkulator logika, lebih untung fokus sama hidup sendiri ketimbang ngurusin orang lain.
Damai Itu Masalah Pilihan
Akhirnya, berdamai dengan diri bukan soal pasrah atau berhenti bermimpi. Ini soal tahu mana yang bisa kita kendalikan, mana yang cuma bikin kita stres kalau dipikirin. Hidup memang keras, tapi bukan berarti kita harus tambah keras kepala. Kadang, yang kita butuhkan cuma sedikit waras, secangkir kopi, dan keputusan buat berhenti iri.
Karena semakin kita damai sama diri, semakin kecil kemungkinan kita jadi spesies yang hobinya nyinyir di kolom komentar. Dan percayalah, itu keuntungan besar yang jarang disadari.
Akhlil Fikri