
KUTIPAN – Mari kita awali dengan satu fakta menyentil tapi realistis: kalau ada pemimpin daerah yang jalan ke luar negeri, netizen langsung mikir, “Wah, pelesiran nih. Duit rakyat dibakar!” Padahal, ngeliat pemimpin kerja tuh kayak ngeliat mantan nikah duluan—langsung triggered, tanpa nanya alasan.
Begitu juga yang terjadi dengan Bupati Lingga, Muhammad Nizar, yang baru-baru ini terbang ke Tiongkok bareng rombongan OPD teknis. Langsung deh, muncul suara-suara cempreng segelintir umat yang doyan nge-gosip, yang sok nasionalis, mendadak jadi detektif.
Bupati Lingga bukan ngeluyur cari oleh-oleh atau mau selfie di Tembok Cina. Ini bukan trip ala selebgram. Bukan pula konten “Buka Usaha Modal 0 Rupiah di Negara Tetangga.” Ini kerja, Bung.
“Kalau diikutkan daripada keinginan daripada perusahaan PT Tianshan, dari 2021, 2022, 2023 sampai 2024 itu dari jauh-jauh hari mereka sudah mengundang,”
— Bupati Lingga, Muhammad Nizar (20 April 2025)
Meski gak langsung ditanggapi, bukan berarti ditolak. Tapi Pemda Lingga milih sabar dan hati-hati. Nunggu proses administrasi dan legalitas diberesin dulu sama si investor. Karena yang begini, bukan asal main tunjuk lokasi terus gali tanah.
Julid Emang Candu, Tapi Coba Dipake Otaknya Dikit
Kita ngerti, julid itu hiburan murah. Apalagi ditemani kopi sachet dan gorengan dua ribu dapet tiga. Tapi plis lah, pakai logika sehat juga. Lingga butuh lapangan pekerjaan, bukan lapangan gosip. Dan kalau ada perusahaan luar yang mau investasi di daerah, apa salahnya disambut baik?
Yang ngomel-ngomel di kolom komentar mungkin belum ngerasain rasanya pulang nongkrong malam-malam, buka dompet isinya cuma struk Alfamart. Kalau smelter ini jadi, ya yang selama ini nganggur bisa kerja. Bisa kasih makan keluarga, cicil motor, bahkan mungkin upgrade status dari jomblo jadi duda beranak dua. Siapa tau.
Investor yang datang ini bukan kaleng-kaleng. Mereka udah muter-muter cari lokasi di Kalimantan, Jawa, Sumatera. Tapi, kata mereka, Dabo Singkep paling pas.
“Mereka sudah mutar-mutar di Kalimantan, di daerah Jawa, termasuk di Sumatera yang lainnya tapi pilihannya di tempat kita,”
— Nizar lagi, dan ini bukan hoaks.
Kalau Semua Dicurigai, Kapan Mau Maju?
Kita hidup di zaman konten, di mana semua orang pengen viral, bahkan dari hal-hal yang mereka nggak ngerti sama sekali. Termasuk urusan diplomasi ekonomi. Bedain dong, antara jalan-jalan sama kerja strategis. Kalau semua pergerakan pemimpin dicurigai, ya lama-lama mereka ogah gerak. Mau ngapa-ngapain takut kena julid.
Padahal, “Alhamdulillah mereka sudah melakukan apapun yang diinginkan oleh pemerintah pusat maupun dari pemerintah daerah,” kata Nizar. Artinya: komitmen udah ada, itikad baik udah kelihatan, tinggal kita di daerah ini mau serius atau enggak.
Kalau udah kayak gini masih dibilang gimmick, mungkin yang komentar itu bukan skeptis, tapi simpan dendam lama dan belum move on.
Dabo Singkep Comeback? Kenapa Tidak
Dabo Singkep dulu sempat jadi primadona karena tambang timah. Tapi sejak itu tutup, daerah ini seperti vakum dari radar nasional. Nah, ini momen comeback. Smelter hadir, ribuan lapangan kerja dibuka. Anak muda gak perlu jauh-jauh merantau ke Batam atau Malaysia. Bisa kerja dekat rumah, bisa nyicil rumah, bisa nikah sama gebetan SMA dulu.
Dan semua ini dimulai dari niat baik, dari proses panjang, dan dari undangan yang sebenarnya udah dikirim sejak 2021. Kalau baru sekarang bisa datang, ya karena sekarang semua udah siap.
Nyinyir Boleh, Tapi Jangan Bikin Miskin Pikiran
Ini bukan soal bela bupati atau jadi buzzer pemerintah. Ini soal belajar waras. Belajar bedain mana kerja nyata, mana konten cari panggung. Dan kalau ada yang niat baik datang ke kampung halaman, ya jangan disiram air comberan.
Siapa tahu rezeki kita numpang lewat dari proyek itu. Siapa tahu, anak tetangga kita bisa kerja. Siapa tahu, ekonomi Lingga bisa balik segar. Tapi ya itu tadi—semua tergantung dari seberapa dewasa kita menyikapi.
Toh, kata pepatah: “Kalau belum tahu ujungnya, jangan cakap di tengah jalan.” Ya, kan?