
KUTIPAN – Museum, sering dianggap tempat sunyi penuh benda kuno, ternyata bisa berubah jadi ruang yang hidup. Pada Jumat (19/9), Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah justru dipenuhi sorak sorai ratusan anak muda. Mereka bukan sekadar berkunjung, melainkan ikut menghidupkan sejarah melalui karya kreatif di ajang Semarak Museum di Hatiku 2025. Acara ini menjawab pertanyaan penting: bagaimana cara membuat generasi Gen Z betah belajar sejarah tanpa harus mengantuk di bangku kelas?
Wakil Wali Kota Tanjungpinang, Raja Ariza, menyebut kegiatan ini bukti nyata museum punya peran lebih dari sekadar gudang masa lalu.
“Kita bisa lihat bukti nyata, ratusan karya anak-anak ditampilkan dengan sangat bagus. Ada koleksi museum yang dilukis di baju hasil napak tilas di museum, menggambarkan sejarah kota. Begitu juga poster yang dibuat peserta, cukup berkualitas dalam menjawab tantangan kreasi, baik secara tradisional maupun berbasis IT,” ujarnya saat menutup acara.
Ariza menekankan apresiasinya kepada pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau yang mendukung Disbudpar Kota Tanjungpinang. Ia berharap kegiatan ini menjadi agenda tahunan yang semakin berkembang.
“Supaya warisan sejarah yang tertanam pada Gen Z kita tetap menjadi pedoman. Mudah-mudahan generasi emas nantinya konsisten menjaga budaya dan sejarah Melayu,” tambahnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, Muhammad Nazri, memaparkan bahwa rangkaian acara digelar pada 10, 16, dan 17 September dengan 239 peserta dari total 400 pendaftar.
Tiga kategori lomba menjadi daya tarik utama. Lomba desain poster tingkat umum secara daring diikuti 44 peserta. Lomba jelajah museum untuk SD/MI melibatkan 102 siswa dalam 34 tim. Sedangkan lomba melukis di atas kaos mempertemukan 93 peserta, terdiri dari 54 siswa SMP/MTs dan 39 siswa SMA/SMK.
“Alhamdulillah kegiatan ini berjalan baik berkat kerja sama semua pihak. Penilaian juga dilakukan juri profesional dari kalangan desainer, seniman, dan pelaku industri kreatif. Semua berlangsung objektif tanpa intervensi,” jelas Nazri.
Menurutnya, tujuan utama kegiatan ini adalah mengoptimalkan fungsi museum sebagai pusat edukasi, pelestarian, sekaligus publikasi koleksi sejarah Melayu.
“Kami ingin generasi muda, khususnya Gen Z, semakin dekat dengan sejarah lokal, mencintai budaya, dan menjadikannya inspirasi,” tambahnya.
Acara penutupan turut dihadiri Ketua GOW Kota Tanjungpinang Handayani, perwakilan BPK Wilayah IV, Kantor Bahasa Kepri, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kepri, para kepala perangkat daerah, camat, lurah, serta kepala sekolah. Kehadiran para tokoh ini seakan menegaskan bahwa pelestarian budaya adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya slogan semata.