
KUTIPAN – Di Batam, cerita soal makan siang gratis bisa lebih heboh ketimbang antre diskon kopi susu. Sejumlah siswa SMP Negeri 8 Nongsa kedapatan bukan hanya menikmati program Makan Bergizi Gratis (MBG), tapi juga minta tambah porsi. Alasannya sederhana, porsinya dianggap terlalu sedikit untuk perut remaja yang sedang rajin tumbuh.
“Iya kalau bisa ditambah lebih banyak lagi, karena buat saya kurang banyak,” celetuk Brian, siswa kelas 9 dikutip dari ANTARA, Kamis (25/9/2025).
Kisah ini seakan menegaskan hukum alam: perut anak laki-laki SMP memang seperti lubang hitam. Saking lahapnya, mereka sering mengincar nasi milik teman yang absen atau bagian dari siswa perempuan yang makan secukupnya.
Permintaan tambah porsi bukannya karena bosan, justru karena menunya dianggap mantap. SPPG Summerland, penyedia MBG di sekolah ini, rajin menyajikan hidangan yang bikin nasi cepat tandas. “Menunya enak-enak semua, hari ini ada semur ayam, tempe mendoan, sayur dan buah melon,” kata Nadia, siswi kelas 9.1, dengan nada puas.
Sejak program ini jalan empat bulan lalu, total 800 siswa di SMP Negeri 8 Nongsa kebagian makan bergizi tiap hari. Kepala sekolah Rosmiati bangga sekolahnya jadi yang pertama dapat program MBG di Kecamatan Nongsa. Menurutnya, anak-anak hampir selalu suka dengan menu yang datang.
“Hampir semua menu makan yang disajikan anak-anak suka, hanya beberapa menu yang mereka tidak suka, seperti telur rebus,” ujarnya.
Yang menarik, meski ada MBG, kantin sekolah tidak merugi. Rosmiati bilang, “Sejak ada MBG, kantin tetap normal penjualannya, karena siswa tetap jajan sebelum makan MBG.” Jadi, kantin tetap hidup, MBG jalan terus, dan perut anak-anak kenyang.
Program ini bahkan ikut melatih kedisiplinan. Siswa piket bertugas ambil ompreng stainless dari kantor ke kelas. Ada aturan mainnya: ompreng berisi makanan berat diangkat siswa laki-laki, sementara setelah kosong gantian dibawa balik oleh siswa perempuan.
Tentu, sekolah juga waspada soal keamanan makanan. Rosmiati selalu mengingatkan siswa untuk memeriksa aroma dan tampilan lauk sebelum disantap. “Guna mencegah kejadian keracunan makanan,” tegasnya.
Di sisi lain, Kepala SPPG Batam, Cyntia Yunica Putri, menegaskan bahwa pihaknya punya SOP ketat: mulai dari distribusi bahan, pengolahan makanan, hingga distribusi ke sekolah.
“Selama pemantauan, kami berinteraksi dengan anak-anak, menanyakan apakah suka dengan menu, serta evaluasi menu apa saja yang belum ada,” katanya.
Singkatnya, MBG di Nongsa ini berjalan rapi, menu disukai, siswa makin lahap, tapi tetap ada PR: bagaimana menambah porsi tanpa mengurangi kualitas. Soalnya, perut anak SMP kadang memang lebih luas dari perkiraan dapur.