
KUTIPAN – Di tengah drama harga cabe yang kadang lebih pedas dari nasib jomblo ditinggal pas sayang-sayangnya, Kabupaten Lingga punya langkah keren: tanam cabe di halaman kantor.
Iya, Anda tidak salah baca. Pada Jum’at pagi (11/7/2025), dua srikandi daerah—Ketua TP PKK Kabupaten Lingga, Maratusholiha Nizar, dan Ketua Dekranasda Kabupaten Lingga, Feby Sarianty Novrizal—turun langsung ke lapangan, alias halaman Gedung Daerah Dabo Singkep. Bukan buat seremonial ala-ala pejabat, tapi benar-benar nanem cabe. Tangan kena tanah, bukan cuma tanda tangan SK.
Gerakan ini bukan sekadar gaya-gayaan. Bersinergi dengan Dinas Pertanian Lingga, yang diwakili oleh POPT Ahli Muda Ahmad Zahari, S.P dan stafnya, kegiatan ini punya misi besar: lawan inflasi, dari halaman sendiri.
Bukan rahasia lagi, harga cabe bisa bikin emosi naik turun. Kadang lebih fluktuatif dari harga kripto. Maka wajar kalau langkah tanam cabe ini dianggap sebagai solusi yang lebih membumi—secara harfiah.
Dari Halaman Kantor ke Pekarangan Rumah
Ini bukan cuma gerakan simbolik. Harapannya, instansi lain juga ikutan. Bayangkan kalau setiap kantor OPD di Kabupaten Lingga punya kebun kecil. Ada yang tanam cabe, tomat, kangkung, atau minimal serai buat masak Indomie.
Kalau semua kantor kompak begitu, halaman tak lagi jadi lahan mati penuh rumput tak jelas. Tapi jadi ladang harapan: tempat sayur tumbuh, harga stabil, dan karyawan bisa panen buat bawa pulang ke rumah. Produktivitas bisa naik, karena pegawai nggak perlu mikir harga cabe di pasar.
Bahkan yang lebih keren, kalau warga terinspirasi dan ikut gerakan ini. Karena selama ini pekarangan rumah sering cuma jadi tempat jemur cucian atau parkir motor. Padahal, dengan pot dan tanah seadanya, cabe rawit bisa tumbuh subur. Dan siapa tahu, panennya cukup buat sambal satu RT.
Bukan Sekadar Tanam, Tapi Gerakan Kolektif
“Program ini harapannya bisa meningkatkan ketahanan pangan keluarga, kesejahteraan masyarakat, dan mengoptimalkan pemanfaatan lahan,” begitu kata Maratusholiha.
Dalam era sekarang, di mana harga bahan pokok naiknya bisa bikin dompet tercekik, pendekatan seperti ini justru yang realistis. Jangan tunggu BLT atau operasi pasar, mending langsung tanam.
Langkah-langkah kecil ini adalah bentuk edukasi publik yang praktis. Nggak perlu seminar bertema “Ketahanan Pangan Berbasis Kemandirian Lokal di Era Disrupsi 5.0”, cukup lihat langsung Bu PKK nanem cabe, lalu tiru di rumah.
Cabe: Simbol Perlawanan yang Membumi
Cabe bukan sekadar bumbu dapur. Di sini, cabe jadi simbol perlawanan: lawan ketergantungan, lawan harga selangit, lawan budaya konsumtif. Dan siapa sangka, revolusi itu bisa dimulai dari halaman kantor Pemda.
Jadi, buat instansi-instansi yang halaman kantornya masih dihiasi rumput liar dan papan nama doang, udah saatnya ngikut. Jangan kalah sama PKK. Jangan cuma bisa tanam proposal, tapi juga tanam sayur.
Karena di tengah krisis pangan dan harga yang tak menentu, langkah sederhana seperti menanam cabe bisa jadi langkah revolusioner. Dan siapa tahu, nanti pegawai honorer bisa bawa pulang sekantong cabe usai apel pagi. Lebih bermakna dari sekadar mendengar pidato motivasi dari atasan.
Laporan: Yuanda Editor: Fikri