
KUTIPAN – Di Lingga, menunggu bukan sekadar urusan waktu. Ia bisa menjelma jadi perasaan kolektif, harap, lelah, dan cemas bercampur jadi satu. Sudah hampir tiga tahun, nama PT Tianshan Alumina Indonesia beredar dari warung kopi ke obrolan keluarga. Tapi yang bergerak, rasanya, cuma kabar.
Itulah sebabnya ratusan warga memadati halaman Gedung Nasional Dabo Singkep, Minggu (21/12/2025). Mereka berkumpul bukan untuk seremoni. Ini rapat terbuka. Terbuka dalam arti harapan, juga kegelisahan, tak lagi disimpan sendiri-sendiri. Aliansi Masyarakat Lingga berdiri di depan, membawa satu pesan, penantian ini tak bisa terus dibiarkan.
Salah satu tokoh yang dipercaya sebagai penasehat aliansi, HM Sadri, berbicara dengan nada seorang orang tua yang merasa waktunya ikut turun tangan.
“Dalam kurun waktu 3 tahun untuk PT Tianshan Alumina Indonesia belum bergerak sama sekali untuk itu kehadiran bapak ibu serta adik-adik remaja kami selaku orang tua yang dipercayakan menjadi penasehat Aliansi ini bergerak maju demi kepentingan masyarakat Kabupaten Lingga khususnya Dabo Singkep,” katanya.
Bagi Sadri, ini bukan sekadar proyek industri yang tertunda. Ini soal dapur, soal masa depan anak-anak yang hari ini lulus sekolah tapi belum tahu akan bekerja di mana.
“Kita tentu paham dengan keadaan ekonomi yang sangat-sangat memprihatinkan di Lingga ini saya terpanggil selaku tokoh dan orang tua, untuk bergerak maju yang Insya Allah akan berhadapan dan bermohon kepada bapak Menhan untuk menyetujui segala permohonan yang kita harapkan,” katanya.
Ia berkali-kali menegaskan satu hal, seolah takut disalahpahami.

“Niat kami memperjuangkan nasib rakyat bukan untuk kepentingan pribadi, bukan untuk kepentingan politik,” katanya.
Kalimat itu diulang dalam berbagai bentuk. Mungkin karena di negeri ini, gerakan rakyat sering kali dicurigai punya agenda lain. Sadri memilih bersikap lugas.
“Kalau memang ada bahasa-bahasa yang tidak setuju dengan hal yang kita buat ini jangan di hiraukan, karena tujuan kita bukan untuk kepentingan pribadi, bukan kepentingan kelompok tapi kepentingan masyarakat Kabupaten Lingga,” ujarnya.
Aliansi Masyarakat Lingga tak ingin berhenti di mimbar rapat. Mereka sudah menentukan langkah konkret. Selasa nanti, mereka berangkat ke Jakarta.
“Hari Selasa Insya Allah kami berangkat ke sana ketemu dengan Kemenhan,” tegasnya.
Yang dibawa bukan janji politik. Bukan pula proposal tebal berlapis jargon. Yang mereka genggam adalah suara rakyat, dalam bentuk tanda tangan dan dokumentasi dukungan.
“Kita berupaya karena ini, karena ini dukungan rakyat, dukungan rakyat ini yang kita bawa, makanya tanda tangan kemudian dari foto-foto ini itu yang akan kami sampaikan,” katanya.
Pertemuan di Kementerian Pertahanan nanti juga tidak ramai-ramai. Dari pihak aliansi, hanya tiga orang perwakilan.
“Ini murni kepentingan masyarakat dari pihak Aliansi rencana akan menemui Kemenhan tiga orang perwakilan. Audiensi cuma 6 orang kemenhan itu.”
Sadri sadar, langkah ini bukan perkara sepele. Ia pun meminta doa dari masyarakat Lingga.
“Kami mohon doa, ini bukan kerja yang main-main ini kepentingan rakyat, saya termasuk tokoh yang diperrcayakan Alhamdulillah saya akan berjuang semaksimal mungkin untuk kepentingan daerah dan masyarakat,” katanya.





