
KUTIPAN – Mengapa semangat bela negara harus dimulai sejak dini? Pertanyaan ini menjadi relevan ketika Kepala Badan Cadangan Nasional (Kabacadnas) Kementerian Pertahanan RI, Letjen TNI Gabriel Lema, menyambangi Markas Pasmar 1 Marinir di Cilandak, Jakarta Selatan, Minggu (21/9/2025).
Dalam kunjungan tersebut, Gabriel meninjau langsung pelatihan para Korps Kadet Republik Indonesia (KKRI) yang tengah berlatih menghadapi lomba Peraturan Baris Berbaris (PBB) dan Yel-Yel di Lapangan Apel Brigif 1 Kesatrian Marinir Hartono.
Didampingi Komandan Pasmar 1, Mayjen TNI (Mar) Ili Dasili, S.E., kunjungan ini bukan sekadar seremoni. Gabriel memastikan seluruh kegiatan berjalan aman, tertib, dan sesuai standar pembinaan karakter kebangsaan.
Sebagai lembaga strategis di bawah Kementerian Pertahanan, Badan Cadangan Nasional (Bacadnas) memiliki mandat besar: membentuk dan membina komponen cadangan, sekaligus menata program bela negara dan pembinaan veteran. Pelatihan KKRI menjadi implementasi nyata dari mandat tersebut untuk menanamkan cinta tanah air dan kedisiplinan sejak usia sekolah.
Dalam kesempatan itu, Gabriel memberikan arahan tegas namun inspiratif kepada para kadet muda.
“Kalian adalah generasi-generasi penerus bangsa yang akan membawa negara ini menuju Indonesia Emas 2045. Oleh sebab itu, jaga seluruh fasilitas-fasilitas yang ada di negara ini dengan tidak merusak segala fasilitas negara yang ada untuk kebaikan kita bersama,” pesannya, menekankan pentingnya tanggung jawab kolektif atas aset bangsa.
Ia juga mengingatkan para peserta untuk mematuhi aturan yang ditetapkan para pembina agar proses latihan menghasilkan prestasi optimal. Pesan ini bukan sekadar imbauan, melainkan bentuk komitmen bahwa bela negara bukan hanya soal baris-berbaris, tetapi juga kesadaran menjaga sarana publik sebagai warisan bersama.
Kehadiran Kabacadnas di tengah para kadet menjadi simbol kesinambungan antara generasi senior dan penerus bangsa. Di tengah dinamika global, Gabriel menegaskan bahwa kecintaan pada tanah air harus dibarengi disiplin dan etika penggunaan fasilitas negara, agar cita-cita Indonesia Emas 2045 bukan sekadar slogan, melainkan kenyataan yang dibangun bersama.