
KUTIPAN – Ruang kantor DPRD Kota Batam tiba-tiba terasa lebih hidup pada Senin (17/11/2025). Bukan karena sidang mendadak atau rapat panjang yang biasanya bikin dahi berlipat, melainkan karena kehadiran tamu-tamu mungil yang energinya seperti nggak ada habisnya.
Ratusan siswa dan siswi SD Bodhi Dharma Batam datang berkunjung, lengkap dengan para guru pendamping yang pastinya sudah bersiap menghadapi rasa penasaran anak-anak itu.
Ketua Komisi IV DPRD Kota Batam, Dandis Rajagukguk, ST, menjadi tuan rumah dari kunjungan yang penuh warna tersebut. Para siswa diarahkan masuk ke ruang serbaguna DPRD, tempat sesi ramah-tamah digelar. Begitu suasana terkondisikan, Dandis langsung membuka pertemuan dengan ucapan selamat datang yang membuat atmosfer semakin hangat.
Momen paling menarik terjadi ketika Dandis, dalam gaya khasnya yang santai tapi tetap formal, melempar pertanyaan kepada siswa soal ketertarikan mereka menjadi anggota dewan suatu hari nanti.
Beberapa siswa tanpa ragu langsung menjawab lantang, “iya”. Jawaban itu disambut tawa lepas dan tepuk tangan, reaksi yang jarang muncul saat rapat komisi, tapi mendadak jadi energi baru pagi itu.
Setelah gelak tawa mereda, Dandis mulai menjelaskan tugas dan fungsi DPRD. Tidak ada istilah ruwet, tidak ada kalimat birokratis yang bikin kepala pening. Semua dijelaskan dengan bahasa yang bisa dicerna oleh anak SD mulai dari apa itu lembaga legislatif sampai bagaimana proses pemilihan anggota dewan melalui pemilu legislatif. Intinya, anak-anak itu diperkenalkan pada “dapur” demokrasi lokal tanpa harus dibebani teori yang berat.
Sesi dialog selesai, perjalanan belum. Para siswa kemudian diajak tur keliling gedung DPRD. Mereka diperlihatkan ruang kerja, ruang rapat, dan bagian-bagian lain yang sehari-harinya jadi tempat anggota dewan mengurus berbagai urusan masyarakat.
Harapannya sederhana, anak-anak bisa melihat bahwa pemerintahan itu bukan hanya soal kursi dan meja rapat, tapi juga soal kerja untuk publik.
Kunjungan diakhiri dengan sesi foto bersama—momen wajib yang selalu jadi penanda bahwa suatu kegiatan sudah resmi “ditutup”. Setelah itu, para siswa kembali ke sekolah membawa cerita anyar tentang dunia pemerintahan. Gedung DPRD pun perlahan kembali ke ritme biasanya, meski jejak keceriaan mereka masih terasa.





