
KUTIPAN – Kadang yang paling tegang di dunia birokrasi bukan rapat anggaran atau sidak mendadak, tapi momen pelantikan pejabat. Apalagi kalau posisinya sekelas Sekretaris Daerah (Sekda). Jumat (31/10/2025) itu, suasana Kantor Wali Kota Batam tampak sedikit lebih formal dari biasanya. Di hadapan para pejabat dan ASN, Firmansyah resmi dilantik sebagai Sekda Kota Batam oleh Wali Kota Amsakar Achmad, disaksikan oleh Wakil Wali Kota Li Claudia Chandra.
Bersamaan dengan itu, deretan wajah baru turut naik ke panggung sumpah jabatan. Ada Suhar yang kini menjabat Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Zulkifli Aman sebagai Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat, dan Yudi Suprapto yang kini resmi mengomandoi Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Batam. Tak berhenti di situ, barisan pelantikan masih berlanjut, Syukri dipercaya menjadi Kabag Kesra Setdako Batam, Eva Marhaini jadi Camat Nongsa, Arfandi menjabat Kabag Umum Sekretariat DPRD, dan Syahibul Aziz kini mengisi kursi Kabid Mutasi dan Promosi BKPSDM Kota Batam.
Upacara berjalan khidmat. Ada pengucapan sumpah jabatan, penandatanganan berita acara, hingga penyematan tanda jabatan oleh sang wali kota. Namun di balik seremoni yang tampak rapi itu, ada pesan serius yang diselipkan Amsakar Achmad dalam sambutannya—pesan yang terdengar seperti peringatan sekaligus tantangan.
“Alhamdulillah, hari ini kita melaksanakan satu etape dari rencana besar penataan ASN, baik dalam konteks mutasi, rotasi, maupun promosi di lingkungan Pemerintah Kota Batam,” ujar Amsakar.
Bagi yang paham ritme pemerintahan, kalimat itu bukan sekadar basa-basi seremonial. Itu sinyal bahwa penataan aparatur sipil di Batam lagi digodok serius. Birokrasi yang lambat dan gemuk sudah bukan zamannya.
Amsakar menegaskan kalau pelantikan ini bukan sekadar rutinitas seremonial, tapi bagian dari upaya memperkuat efektivitas organisasi dan memperbaiki layanan publik.
“Bapak dan Ibu yang hari ini dilantik diharapkan menjaga amanah dengan sebaik-baiknya. Kehadiran Anda semua harus menjadi bagian dari percepatan terwujudnya visi, misi, dan program Pemerintah Kota Batam,” tegasnya.
Tegas tapi juga mengandung pesan moral, kalau jabatan bukan hadiah, melainkan tanggung jawab yang lumayan berat. Ia juga menambahkan, zaman sekarang sudah tak bisa lagi hanya mengandalkan gaya-gayaan di depan publik.
“Harus ada terobosan, harus ada upaya percepatan. Tidak ada lagi waktu untuk unjuk muka, sekarang saatnya unjuk kinerja,” pungkasnya.
Kata “unjuk muka” itu seolah menampar halus fenomena lama: pejabat yang rajin tampil tapi minim inovasi. Di era pelayanan publik yang menuntut kecepatan, ASN di Batam dituntut bukan sekadar hadir di apel pagi, tapi benar-benar bergerak dan menghasilkan dampak.
Pelantikan ini bukan cuma soal mutasi jabatan, tapi penegasan arah: bahwa Batam ingin punya birokrasi yang lincah, efisien, dan punya nyawa inovasi. Kalau semua pesan Amsakar dijalankan, bukan tak mungkin pelayanan publik Batam bisa jadi contoh bagi kota lain.





