
Kabupaten Lingga lagi-lagi menunjukkan kalau urusan kesehatan bukan cuma urusan orang luar tembok. Di balik pagar besi dan rutinitas yang ketat, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Dabo Singkep justru sibuk melakukan langkah antisipatif biar nyamuk Aedes aegypti tak ikut jadi warga binaan baru.
Pada Selasa (28/10/2025), Lapas ini menggandeng Dinas Kesehatan Kabupaten Lingga buat melaksanakan fogging atau pengasapan di seluruh area lapas. Dari blok hunian, ruang kantor, sampai halaman luar, semua kena giliran asap. Ini bukan sekadar acara rutin semprot serangga, tapi langkah strategis buat mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di lingkungan padat penghuni seperti lapas.
Kepala Lapas Dabo Singkep, Yusrifa Arif, menegaskan kegiatan ini bukan cuma agenda formalitas.
“Kami berkomitmen menjaga lingkungan lapas tetap bersih dan sehat. Kegiatan fogging ini menjadi langkah nyata untuk melindungi seluruh penghuni lapas dari ancaman penyakit menular, khususnya DBD,” ujarnya.
Dalam konteks lapas yang serba terbatas, gerak terbatas, ruang terbatas, bahkan sinar matahari pun terbatas, upaya seperti ini jadi bentuk tanggung jawab kemanusiaan yang nyata. Fogging bukan cuma tentang membunuh nyamuk, tapi tentang menghargai hak dasar manusia untuk hidup sehat, bahkan ketika seseorang sedang menjalani masa hukuman.
Sinergi dengan Dinas Kesehatan Lingga pun membuktikan bahwa isu kesehatan publik bukan monopoli satu instansi saja. Ia adalah kerja gotong royong lintas sektor yang, kalau dilakukan konsisten, bisa membuat lingkungan lapas jauh lebih manusiawi.
Kegiatan ini tidak berhenti di asap yang berhembus. Lapas juga mengadakan edukasi pencegahan DBD lewat gerakan 3M Plus, menguras, menutup, dan mengubur tempat penampungan air, serta menghindari kebiasaan yang dapat menjadi sarang nyamuk.
Langkah ini jadi ajakan moral bagi warga binaan untuk ambil bagian dalam menjaga kebersihan. Sehat, dalam konteks ini, bukan cuma urusan petugas, tapi tanggung jawab bersama.
“Pencegahan DBD tidak hanya bergantung pada fogging. Kesadaran menjaga kebersihan menjadi kunci utama agar lingkungan lapas bebas dari nyamuk penyebar penyakit,” tambah Yusrifa.
Kalimat ini mungkin sederhana, tapi punya makna dalam. Kesadaran adalah vaksin sosial terbaik. Tanpa itu, semua fogging hanya jadi acara simbolis.
Yang menarik, warga binaan ikut semangat. Mereka nggak cuma duduk menunggu giliran kamar diasapi, tapi juga bantu bersih-bersih sebelum pengasapan dilakukan. Pemandangan ini membalik stigma lama bahwa penghuni lapas pasif. Nyatanya, mereka bisa sangat partisipatif kalau diberi ruang dan kepercayaan.
Kegiatan berlangsung lancar dengan pengawasan petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan Lingga. Dari balik pagar, terlihat bahwa kerja sama kecil seperti ini justru menjadi cermin besar tentang bagaimana pembinaan sosial seharusnya berjalan.
Lewat kegiatan ini, Lapas Dabo Singkep ingin memberi contoh bahwa menjaga lingkungan bersih bukan hal eksklusif. Semua orang bisa melakukannya, bahkan dari balik jeruji.
Yusrifa menegaskan lagi, pihaknya tak akan berhenti di sini. Masih ada rencana lanjutan seperti pembagian abate, pemeriksaan berkala, hingga pelatihan kader kesehatan di lingkungan lapas.
“Kami ingin memastikan bahwa seluruh warga binaan mendapatkan lingkungan yang aman dan sehat, sesuai dengan prinsip hak asasi manusia dan standar pelayanan di lembaga pemasyarakatan,” tutupnya.
Kalimat ini terdengar seperti kutipan formal, tapi sesungguhnya punya makna emosional. Karena di balik segala stigma tentang penjara, ada realitas sederhana, manusia tetap butuh udara bersih, lingkungan sehat, dan rasa peduli dari sesama.





