
KUTIPAN – Upaya memberantas Tuberkulosis (TB) di dalam lingkungan pemasyarakatan bukan perkara sepele, apalagi ruang gerak yang terbatas sering kali membuat penyakit menular lebih mudah mencari korban baru. Karena itu, Lapas Kelas IIB Dabo Singkep memilih langkah yang bisa dibilang cukup progresif, menggelar deteksi dini TB lewat pemeriksaan Rontgen Dada atau Active Case Finding (ACF) X-Ray pada Jumat (21/11/2025).
Seluruh Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) turut ambil bagian, sehingga tidak ada yang luput dari pemantauan kesehatan.
Kepala Lapas Dabo Singkep, Yusrifa Arif, menegaskan bahwa kegiatan semacam ini bukan cuma formalitas tahunan yang asal jalan, tapi betul-betul dirancang untuk menjaga kesehatan para penghuni lapas agar tetap stabil. Ia mengingatkan bahwa lingkungan pemasyarakatan punya risiko lebih tinggi dalam penyebaran penyakit menular.
“Lapas merupakan salah satu lokasi yang rawan penularan penyakit menular seperti TB karena keterbatasan ruang dan mobilitas yang tinggi. Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk melakukan deteksi dini, penanganan cepat, serta pencegahan berkelanjutan agar lingkungan lapas tetap sehat,” ujar Yusrifa Arif.

Gerakan skrining ini bukan kerja satu instansi saja. Ada dukungan penuh dari Tirta Medical Center, Dinas Kesehatan Kabupaten Lingga, dan Puskesmas Dabo Singkep. Mulai dari tenaga medis, fasilitas pemeriksaan, sampai pendampingan bagi peserta yang memerlukan perawatan lanjutan semuanya diramu dalam satu kolaborasi yang memperlihatkan bahwa urusan kesehatan memang tidak bisa dikerjakan sendirian.
Penerapan metode ACF membuat tim kesehatan bisa lebih agresif dalam arti yang positif mencari kasus TB. Pemeriksaan dilakukan langsung kepada individu yang menunjukkan gejala maupun yang memiliki riwayat kontak erat. Hasilnya, potensi penularan dapat ditekan lebih cepat.
Langkah ini juga sejalan dengan target besar percepatan eliminasi TB di lingkungan pemasyarakatan yang menjadi arahan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
Lapas Dabo Singkep berharap kegiatan sejenis bisa terus dilakukan secara berkala. Selain menjadi bukti komitmen menjaga kesehatan warga binaan, rutinitas ini juga menegaskan satu hal: bahwa pelayanan medis merupakan hak, bukan sekadar fasilitas tambahan.





