
KUTIPAN – Pemerintah Kota Tanjungpinang lagi ngebut memperkuat pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak, termasuk tindak pidana perdagangan orang (TPPO). Soalnya, laporan kasus terus naik dan posisi geografis Tanjungpinang bikin wilayah ini gampang dijadikan jalur transit jaringan perdagangan orang.
Isu ini jadi fokus utama dalam rapat koordinasi Pencegahan Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak (KtP/A) dan TPPO yang digelar di Aula Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah, Kantor Wali Kota Tanjungpinang, Senin (8/12).
Di rapat itu, Wakil Wali Kota Tanjungpinang, Raja Ariza, tegas mengingatkan bahwa pemerintah punya tanggung jawab besar buat melindungi kelompok rentan. Menurutnya, perempuan dan anak adalah kelompok yang paling sering dijadikan target eksploitasi, sehingga layanan perlindungan harus cepat, jelas, dan gampang diakses.
“Setiap korban harus mendapatkan perlindungan, pendampingan, dan akses keadilan. Tidak boleh ada warga yang dibiarkan menghadapi ancaman kekerasan sendirian,” ujarnya.
Data UPTD PPA sampai November 2025 juga makin bikin pemerintah waspada: 59 kasus kekerasan terhadap perempuan, 93 korban kekerasan anak, 14 korban TPPO pada 2024, dan 4 kasus TPPO baru pada 2025.
Raja Ariza pun menegaskan bahwa angka-angka itu bukan cuma catatan statistik biasa.
“Angka-angka ini bukan sekadar statistik, tetapi alarm yang mengingatkan kita pada masalah besar yang harus segera ditangani,” katanya.
Ia juga menjelaskan kenapa Tanjungpinang masuk kategori wilayah rentan. Lokasinya yang berdekatan dengan Singapura dan Malaysia bikin kota ini sering dijadikan titik singgah jaringan perdagangan orang.
“Kota ini sering dijadikan persinggahan. Mobilitas antar-pulau yang tinggi membuat perpindahan korban berlangsung cepat dan sering tidak terpantau,” tuturnya.
Karena itu, Pemkot mendorong koordinasi bareng antar-OPD, aparat penegak hukum, lembaga sosial, sampai organisasi masyarakat. TPPO dianggap sebagai kejahatan serius yang merampas hak dasar korban, jadi nggak bisa ditangani satu pihak aja.
“Kita harus saling mendukung agar ruang gerak pelaku semakin sempit dan korban bisa segera ditangani,” tambahnya.
Di akhir, Raja Ariza mengajak semua pihak untuk fokus membangun langkah nyata, biar perempuan dan anak di Tanjungpinang bisa hidup tanpa rasa takut.
“Kerja bersama adalah kunci. Kita ingin memastikan perempuan dan anak di Tanjungpinang berada dalam lingkungan yang aman,” ujarnya.





