
KUTIPAN – Di saat sebagian orang memilih ngedumel soal harga cabai sambil scroll TikTok dan kirim stiker sedih di grup WA keluarga, ibu-ibu PKK Lingga memilih bertindak. Mereka bukan cuma menanam, tapi juga memanen dan menjual hasil tanamannya untuk masa depan gerakan mereka.
Senin, 21 Juli 2025 jadi bukti kalau tembok pembatas halaman sekretariat yang biasanya cuma jadi tempat parkir dan tempat jemuran pakaian basah habis kehujanan, ternyata bisa menghasilkan 10 kilogram sawi segar. Panen ini bukan sekadar kegiatan iseng, tapi bentuk komitmen Tim Penggerak PKK Kabupaten Lingga terhadap kemandirian pangan.
“Ini bagian dari semangat gotong royong dan kemandirian. Hasil panennya kita jual, dan hasil penjualannya masuk kas PKK untuk biaya perawatan tanaman seperti beli bibit, pupuk, hingga kompos,” kata Ketua TP PKK Lingga, Maratusholiha Nizar.
Yang bikin adem hati, gerakan ini enggak berhenti di satu titik. Ia merambat seperti benih yang ditanam dengan cinta. Dari kabupaten, gerakan ini menyebar ke kecamatan, kelurahan, hingga desa. PKK Lingga menggencarkan Gerakan Tanam Cabai Rawit dan sayur-sayuran lain macam terong. Tujuannya simpel: bikin halaman rumah jadi warung hidup.
Gerakan ini masuk dalam program LAMPAM (Lambung Pangan Masyarakat), yang meski namanya terdengar kayak makanan yang biasanya jadi teman segelas kopi, tapi LAMPAM ini sebenarnya mengusung filosofi pangan yang dalam: mandiri dan berkelanjutan.

“LAMPAM ini mendorong masyarakat, khususnya ibu-ibu rumah tangga, agar bisa menjadikan pekarangan sebagai ‘lumbung pangan’ mini di rumah. Kami berharap OPD juga ikut jadi pionir. Kalau ASN saja bisa menanam, masyarakat tentu akan lebih semangat mengikuti,” ujar Maratusholiha.
Yang paling menyentuh, ini bukan panen pertama. PKK Lingga sudah pernah panen cabai rawit, terong, bahkan sawi berkali-kali, tapi ya cuma nggak ke sorot kamera media aja. Artinya, ini bukan gerakan musiman yang cuma rame saat ada acara. Ini konsistensi.
Dengan harga cabai yang bisa bikin dompet ikut panas, gerakan tanam-tanam ini jadi jawaban logis. “Jika semua rumah tangga bisa tanam cabai sendiri, maka saat harga cabai melonjak, kita tidak terlalu terdampak,” lanjut Maratusholiha.
Misi mereka wanita-wanita PKK Lingga ini sederhana, tapi dampaknya bisa mengubah cara pandang banyak orang soal pekarangan rumah. “Ini semua demi mewujudkan masyarakat Lingga yang tangguh, sehat, dan mandiri,” tutup Maratusholiha.
Laporan: Rangga | Editor: Fikri | Foto: PKK Lingga
Artikel ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan media Kutipan, tanpa mengurangi substansi informasi.