
KUTIPAN – Kalau dulu orang menilai kemajuan kota dari tinggi gedung dan lebar jalan, kini ukurannya bergeser, seberapa kuat sinyal internetnya. Dan Batam tampaknya cukup percaya diri dengan hal itu. Kota industri yang selalu sibuk ini tengah bertransformasi jadi “kota digital” dengan kecepatan konektivitas yang bikin iri daerah lain.
Dalam peringatan Hari Internet Sedunia bertema Smart Connectivity, Smart Future, ISP & AI Sebagai Pendorong Inovasi Bisnis dan Publik, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Batam, Rudi Panjaitan, hadir mewakili Wali Kota Batam. Ia menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan penyedia layanan internet (ISP) untuk mempercepat transformasi digital.
“Konektivitas digital yang kuat adalah fondasi bagi percepatan layanan publik dan pengembangan ekonomi berbasis data. Kolaborasi dengan para ISP menjadi kunci untuk memastikan jaringan internet di Batam tidak hanya cepat, tapi juga merata hingga ke pulau-pulau,” ujar Rudi.
Rudi menjelaskan bahwa Batam kini menjadi salah satu pusat infrastruktur digital paling mumpuni di Indonesia. Ada 759 menara telekomunikasi, 112 BTS 5G aktif, dan jaringan fiber optik yang menjangkau hampir seluruh wilayah utama hingga ke daerah hinterland.
Dengan infrastruktur sebesar itu, wajar jika Batam berambisi menjadi kota model penerapan kecerdasan buatan (AI) dan smart governance. Bukan cuma cepat, tapi juga cerdas.
“Dengan dukungan infrastruktur digital yang kuat, SDM yang kompeten, serta kerja sama dari seluruh pelaku industri, Batam berpotensi menjadi kota model penerapan AI di tingkat daerah,” katanya.
Transformasi digital ini bukan jargon kosong. Pemerintah Kota Batam sudah mengoperasikan berbagai layanan publik berbasis teknologi seperti Easy (perizinan daring), LAKSE (layanan administrasi kependudukan elektronik), dan portal e-Government yang terintegrasi dalam sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE).
Langkah ini menunjukkan bahwa digitalisasi di Batam bukan sekadar urusan mengganti kertas dengan layar, tapi mengubah cara kerja birokrasi agar lebih efisien dan transparan.
“Pemerintah pusat melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) telah menetapkan arah kebijakan etika AI serta menyiapkan white paper nasional untuk panduan daerah. Diskominfo Batam siap berperan sebagai garda depan dalam mewujudkan tata kelola digital yang aman, efisien, dan berkelanjutan,” tegas Rudi.
Di sisi lain, Eri Kuncoro, Founder Botika AI, membawa sudut pandang yang lebih futuristik. Menurutnya, dunia sedang berevolusi secara digital.
“Artificial Intelligence (AI) bukan lagi masa depan, melainkan realitas yang sudah hadir dan mengubah cara kita bekerja, melayani, dan berinovasi,” ujarnya.
Ia menambahkan, yang terpenting bukan menolak perubahan, tapi beradaptasi lebih cepat dan berkolaborasi lebih cerdas.
“Transformasi tidak bisa dihindari, yang bisa kita lakukan adalah beradaptasi lebih cepat dan berkolaborasi lebih cerdas,” tegasnya lagi.
Botika sendiri sudah mengembangkan berbagai solusi berbasis AI seperti chatbot dan LLM (Large Language Model), speech-to-text, digital human, dan omnichannel platform. Teknologi ini bukan cuma canggih di brosur, tapi sudah dipakai nyata, mulai dari virtual assistant industri pengiriman di 12 negara Asia, chatbot Ksatria untuk melayani 300 ribu WNI di KJRI Johor Bahru, hingga digital human AI yang bisa menjawab pertanyaan publik dengan cara interaktif dan hemat biaya.
Kegiatan Hari Internet Sedunia ini dihadiri berbagai tokoh penting: dari Kolonel CKE Anang Murtioso (Wadansatsiber TNI) hingga Nur Cahyono Kushardianto dari Politeknik Negeri Batam, juga Mangara Peranginangin dan Ekie Rahmad Wachidy dari PT Medianusa Permana (PermanaNet). Semua bicara hal yang sama, kolaborasi.
“Teknologi menciptakan peluang, tapi sinergi manusia dan kolaborasi lintas sektorlah yang akan mewujudkan kemajuan,” ujar Eri.
Rudi menutup pemaparannya dengan menegaskan bahwa upaya menuju Batam sebagai kota digital berdaya saing global tak bisa dikerjakan sendiri-sendiri. Ia bahkan menanggapi pertanyaan dari peserta, Christian dari SMPN 21 Batam, yang menyinggung pentingnya literasi digital.
“Semua pihak harus berkolaborasi dalam mewujudkan Batam sebagai kota digital berdaya saing global dengan pengguna internet dan produk TIK lainnya seperti medsos, produk AI yang memiliki literasi yang baik dan bertanggung jawab dalam membawa kehadiran indeks Pemerintahan Digital yang baik ke depan,” tutup Rudi.
Dan begitulah, Batam tampak tak ingin sekadar jadi kota industri. Ia sedang menyiapkan diri menjadi kota yang tak hanya sibuk di darat, tapi juga sibuk di awan—awan digital, tentu saja.





