
KUTIPAN – Di tengah hiruk-pikuk generasi rebahan, TikTok-an, dan konten prank yang makin absurd, ada sekelompok pemuda-pemudi di Daik Lingga, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau yang justru memilih jalan berbeda: latihan fisik, berjemur, berkeringat, dan—tentu saja—bermimpi menjadi Prajurit TNI AD.
Dan semua ini terjadi bukan di lapangan elit, bukan pula di pusat kebugaran dengan AC dan personal trainer. Tapi di halaman apel Koramil Daik-05/Kodim 0315 Tanjungpinang. Tempat yang lebih akrab dengan teriakan “Siap Komandan!” daripada alarm handphone atau notifikasi reels.
Hari itu, Rabu (16/04/2025), suasana halaman Koramil terasa seperti mini barak pelatihan. Dipimpin langsung oleh Danramil 05 Daik, Kapten Arm Ismarli Koto, sejumlah pemuda terlihat penuh semangat. Ya, mereka sedang bersiap. Bukan untuk kontes gaya, tapi untuk mengabdi kepada negara.
“Kegiatan pembinaan fisik dan mental ini diselenggarakan Koramil 05/Daik sebagai upaya membantu membina pemuda-pemudi Daik yang ingin mengikuti seleksi Calon Bintara dan Calon Tamtama TNI AD,” jelas Kapten Ismarli.
Di saat sebagian anak muda lebih paham urusan algoritma dan filter Instagram, anak-anak Daik ini justru memilih jalur berat: menjadi bagian dari barisan pertahanan negara.
Tentu ini bukan cuma soal lari pagi atau push-up. Ini soal ketahanan mental. Soal keinginan untuk disiplin. Dan soal memahami bahwa menjadi prajurit bukan sekadar pekerjaan, tapi pengabdian yang konsekuensinya panjang dan penuh tantangan.
Kapten Ismarli juga menegaskan bahwa latihan dilakukan rutin tiga kali seminggu. Sisanya? Mereka harus berlatih mandiri. Karena tidak mungkin masuk TNI cuma bermodal semangat dan selfie di seragam loreng pinjaman.
“Tujuannya adalah untuk mempersiapkan fisik dan mental bagi para calon yang ingin bergabung dan mengabdi kepada NKRI, khususnya di TNI AD,” ujarnya.
Bukan hanya fisik, para calon juga diberi pemahaman soal teknik gerakan yang benar: dari lari, push-up, twin sit-up, shuttle run, hingga pull-up. Lengkap. Dan yang lebih penting: dibina langsung oleh personel Koramil, bukan dari tutorial YouTube.
“Dengan adanya penjelasan ini, saya harap para calon prajurit TNI AD pada saat tes mereka sudah terbiasa lakukan gerakan yang benar,” tambah Kapten Ismarli.
Pelatihan ini tidak cuma jadi urusan Danramil semata. Ia bahkan menginstruksikan Babinsa di tiap desa untuk turun tangan.
“Saya sudah memberi instruksi kepada seluruh Babinsa untuk membantu serta memfasilitasi dan membina setiap putra-putri yang berminat mengikuti seleksi menjadi prajurit TNI-AD,” ungkapnya.
Sebuah langkah desentralisasi pembinaan yang patut diapresiasi. Karena tidak semua anak muda di desa punya akses ke pelatihan formal. Tapi dengan pendekatan ini, mereka jadi punya peluang yang sama.
Dan yang paling menyentuh, kegiatan ini bukan sekadar program. Tapi semacam ruang harapan. Bahwa anak-anak muda di daerah seperti Daik juga berhak punya mimpi besar. Berhak masuk TNI. Berhak jadi pelindung negeri.
Di tengah narasi besar soal pembangunan nasional dan modernisasi pertahanan, hal-hal seperti ini justru kerap luput. Padahal, yang terjadi di halaman Koramil 05 Daik ini adalah fondasi dari semangat bela negara.
Tentu masih banyak tantangan: dari sisi fasilitas, sumber daya, hingga masa depan para peserta yang belum tentu semua lolos. Tapi seperti kata seorang tentara kawakan:
“Yang penting mulai dulu. Keringat hari ini, bisa jadi peluru semangat esok hari.”
Maka dari itu, untuk para calon prajurit muda di Daik: teruslah berlatih. Karena menjadi prajurit bukan tentang kuatnya otot semata, tapi tegaknya tekad dan hatimu untuk Indonesia.