
KUTIPAN – Desa Pekaka, Kecamatan Lingga Timur, kembali riuh. Bukan karena kampanye atau dangdutan, tapi karena bola. Ya, Turnamen Pekaka Cup IV resmi dibuka, Rabu (16/4/2025). Dan yang membuka bukan sembarang orang—tapi Wakil Bupati Lingga, Novrizal.
Dalam sambutannya yang cukup hangat meski matahari cukup terik, Novrizal mengingatkan bahwa sepak bola bukan cuma soal skor.
“Turnamen Pekaka Cup ini bukan hanya soal siapa yang menang atau kalah, tapi lebih kepada bagaimana kita bersama-sama menjaga keharmonisan dalam masyarakat,” katanya.
Sebagai pejabat publik, Novrizal tampaknya paham betul bahwa bola itu bisa jadi lebih ampuh dari pidato panjang. Ia tak cuma bicara soal kompetisi, tapi juga soal persatuan dan kebersamaan.
Menurutnya, olahraga bisa jadi alat paling sederhana untuk menyatukan banyak kepala dan hati.
“Melalui olahraga, kita bisa saling mengenal, saling menghargai, dan yang terpenting, menjaga rasa kebersamaan di tengah keberagaman,” lanjutnya.
Acara pembukaan dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat. Dari tokoh desa, pemuda-pemudi, sampai ibu-ibu yang mungkin lebih senang nonton anaknya main bola ketimbang melihat anaknya terus-terusan mantengin gadget scroll Tiktok.

Turnamen ini diikuti oleh berbagai tim sepak bola dan formatnya sederhana, tapi semangatnya tidak main-main. Banyak tim yang sudah siap sejak pagi, bukan cuma latihan, tapi juga siap-siap baju ganti dan air mineral galon.
Novrizal juga menaruh harapan besar pada generasi muda yang turun berlaga.
“Saya berharap Pekaka Cup IV ini bukan hanya menjadi ajang untuk berkompetisi, tetapi juga sebagai wadah untuk mencetak generasi muda yang tidak hanya unggul dalam olahraga, tetapi juga memiliki karakter yang baik dan sportif.” katanya.
Semangat fair play, katanya, adalah kunci.
“Mari bersama-sama kita tunjukkan bahwa kita bisa berkompetisi dengan fair dan penuh rasa hormat satu sama lain.”
Turnamen ini diperkirakan berlangsung beberapa pekan. Tapi dampaknya, kata orang-orang tua kampung, bisa terasa sampai bertahun-tahun. Karena dari lapangan desa seperti ini lah kadang muncul bibit-bibit pemain yang kelak bisa jadi kebanggaan daerah.
Dan yang lebih penting: dari lapangan ini juga lah rasa hormat, persahabatan, dan solidaritas warga desa bisa tumbuh makin kokoh.
Untuk saat ini, skor memang belum penting. Tapi semangatnya sudah menang duluan.
Laporan: Yuanda