
KUTIPAN – Kalau biasanya polisi identik dengan peluit, tilang, dan wajah kaku kayak adukan semen, beda cerita dengan Brigadir Irwan Silaban di Desa Laboh, Kecamatan Senayang, Kabupaten Lingga. Beliau ini bukan polisi yang suka muncul mendadak sambil nanya, “SIM dan STNK-nya, Pak?” tapi lebih ke model polisi yang nongol sambil nanya, “Ngopi dak, Bang?”
Kamis (24/4/2025), Brigadir Irwan kembali menunaikan misinya yang sejuk nan damai lewat kegiatan Basembang Bercerite Kamtibmas. Dari namanya aja udah adem: basembang, bercerite. Bukan “razia”, bukan “operasi yustisi”. Tapi ngobrol. Santai. Sambil ngelirik dapur warga, bukan buat nyita rice cooker, tapi buat ingetin kalau atap daun dan dinding papan itu sensitif banget sama api. Alias rawan kebakaran.
Sebenernya, kegiatan ini bukan cuma sekadar ngumpul sambil ngemil gorengan. Ini upaya preventif. Ya, upaya mencegah sebelum hal-hal aneh terjadi. Soalnya, kata Kapolres Lingga AKBP Pahala Martua Nababan, yang disampaikan lewat Kasat Binmas-nya, IPTU Sri Budianto:
“Upaya preventif seperti ini merupakan bentuk nyata pelayanan Polri yang humanis dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.”
Gaya banget, kan? Tapi emang bener. Polisi bukan cuma soal ngejar maling atau pasang barikade, tapi juga soal jadi teman ngobrol warga.
Dalam pertemuan itu, Brigadir Irwan ngajak warga diskusi soal pentingnya mencegah kebakaran hutan dan lahan. Ini bukan perkara sepele. Di Desa Laboh, cuaca bisa berubah secepat mood mantan pas disuruh balikan. Panas dikit, daun kering kebakar. Angin kenceng dikit, tiang rumah miring. Maka, Brigadir Irwan ngasih tips praktis: cek kondisi tonggak rumah panggung, jangan cuek sama cuaca ekstrem, dan jangan masak sambil ngelamun.
“Masyarakat harus peka terhadap situasi lingkungan. Jika ada tanda-tanda yang berpotensi menimbulkan gangguan kamtibmas, jangan ragu untuk segera melaporkan ke kantor Polisi atau ke Bhabinkamtibmas,” begitu katanya, dengan semangat ala motivator kampung yang lebih humanis dari sebagian besar bos HRD.
Dan ini yang menarik. Alih-alih ngomong pakai TOA dari atas mobil patroli, Brigadir Irwan memilih jalur obrolan dua arah. Iya, ngobrol. Karena katanya, kadang keresahan warga lebih gampang keluar waktu lagi nyantai, bukan waktu lagi ditodong mikrofon. Polisi jadi pendengar, bukan cuma penanya.
Kegiatan kayak gini, meskipun terlihat receh, ternyata bisa jadi solusi damai untuk berbagai potensi konflik. Warga yang dulunya males laporan, jadi tahu kalau lapor itu nggak harus lewat jalur birokrasi panjang dan penuh tanda tangan basah. Cukup cerita pas ngopi sore.
Dengan dukungan penuh dari Polres Lingga, Basembang Bercerite ini harapannya bisa jadi budaya. Bukan cuma di Laboh, tapi di desa-desa lain. Karena keamanan itu bukan hasil dari suara sirine, tapi hasil dari komunikasi dan saling percaya.
Makanya, daripada menunggu laporan viral di media sosial baru turun tangan, mendingan ngopi bareng dulu. Tanyakan kabar warga, dengarkan curhat dapur sampai suara tikus di plafon. Karena dari hal remeh kayak gitu, kadang muncul benih-benih solusi.
Laporan: Yuanda Editor: Fikri Tulisan ini masuk dalam rubrik Suara/Kabar Kutipan, laporan wartawan/rilis yang telah dipoles dengan gaya media kutipan, santai biar nggak kaku kayak kanebo kering. Kalau mau kirim tulisan juga, bisa ke penuliskutipandotco@gmail.com