
KUTIPAN – Tak banyak gembar-gembor, tak pula menebar jargon murahan, tapi kerja Bea Cukai Batam di semester pertama 2025 layak diacungi dua jempol—plus bonus tepuk tangan.
Di bawah kepemimpinan Zaky Firmansyah, Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe B Batam, instansi ini sukses mencatat kinerja yang tak hanya impresif di atas kertas, tapi juga terasa langsung manfaatnya bagi negara dan masyarakat.
Mari kita mulai dari yang paling bikin Menteri Keuangan senyum puas: penerimaan negara.
“Sepanjang semester I 2025, total penerimaan negara yang berhasil dihimpun Bea Cukai Batam dari komponen bea masuk, bea keluar, dan cukai mencapai Rp 459,4 miliar atau 101,5% dari target tahunan sebesar Rp 452,3 miliar,” ujar Zaky, Rabu (16/7/2025).
Tak sekadar lewat jalur biasa, Bea Cukai Batam bahkan melakukan apa yang disebut “extra effort”, seperti maksimalisasi lewat SPTNP sebesar Rp 27 miliar dan BM HKT Registrasi IMEI Rp 1,1 miliar. Gaya-gaya kerja diam-diam tapi berdampak besar.
Komoditas ekspor juga ikut menyumbang dengan manis. Bea keluar mencetak angka Rp 241,9 miliar alias naik 833% dibanding tahun lalu. Ujung-ujungnya: duit mengalir deras dari CPO dan komoditas favorit dunia yang harganya lagi naik daun.
Dari sektor cukai, ada Rp 26,7 miliar yang dikumpulkan, naik 43% dari periode yang sama tahun lalu. Ini tak lepas dari pendekatan persuasif ke para pengusaha BKC, termasuk dalam pelunasan pita cukai. Strategi humanis yang cuan.
Tapi jangan pikir mereka cuma bisa menghitung uang.
Dari segi pelayanan, indeks kepuasan masyarakat (IKM) menyentuh angka 92,96 alias kategori “sangat baik”. Naik hampir 5 poin dari tahun sebelumnya. Kuncinya adalah program EPIC 100—layanan kelas VIP bagi 100 perusahaan Batam yang ingin urusan kepabeanan lebih mulus.
“Kami akan terus berinovasi dalam layanan dan menjalin komunikasi yang erat dengan pelaku usaha,” ujar Zaky.
Artinya, Bea Cukai Batam paham betul bahwa kemitraan bukan cuma urusan materai dan tanda tangan, tapi soal relasi dan kepercayaan yang dikelola.
Sementara itu di ranah pengawasan, angkanya tak main-main: 143 nota hasil intelijen, naik 150% dari semester sebelumnya. Surat bukti penindakan? Melejit ke angka 861 SBP, naik 220%. Penyidikan pun tak ketinggalan, sudah 12 kasus dibuka alias 85% dari total penyidikan setahun penuh 2024. Semua ini menunjukkan kerja ekstra yang efektif.
Di lini penyelundupan narkotika, 37 kasus berhasil digagalkan. Barang buktinya? Bukan kaleng-kaleng:
-
2,1 ton methamphetamine
-
1.527 gram ganja
-
59 butir obat terlarang
-
26 liter prekursor kimia
“Penindakan ini menyelamatkan lebih dari 10,67 juta jiwa dan mengamankan potensi biaya rehabilitasi sebesar Rp10,22 triliun,” ungkap Zaky.
Itu belum termasuk aksi heroik menggagalkan peredaran rokok ilegal, HPTL, dan MMEA tanpa pita cukai senilai Rp 45,6 miliar. Kerugian negara yang bisa dicegah: Rp 23 miliar.
Bea Cukai Batam bahkan menggunakan teknologi geotagging dalam operasi pasar. 1.984 entitas barang kena cukai ilegal telah dipetakan di 9 kecamatan. Taktik digital ala detektif zaman now.
Masuk semester II 2025, mereka tak istirahat.
Baru 12 hari di bulan Juli, sudah 6 upaya penyelundupan narkotika digagalkan. Modusnya pun bervariasi, dari sembunyi di dubur, selangkangan, hingga kiriman paket dan tas. Tak cuma cepat, tapi juga cermat.
Di Bandara Hang Nadim, mereka juga menangkap pelaku penyelundupan 327 unit handphone berbagai merek. Barang-barang diselundupkan lewat koper kosong yang diisi di area boarding oleh “teman” dengan rompi modifikasi. Nilai barang: Rp 1,85 miliar. Negara hampir kecolongan Rp 406,8 juta. Kasus ini langsung masuk tahap penyidikan, dan tiga tersangka ditetapkan.
“Seluruh capaian di semester I tahun 2025 ini menjadi modal penting bagi KPU Bea Cukai Batam untuk terus memperkuat kinerja di semester II,” pungkas Zaky.
Tentu saja, semua ini tak berarti Bea Cukai Batam tanpa cela. Tapi kalau melihat capaian konkret, strategi kerja, hingga keberhasilan penggagalan kasus-kasus sensitif seperti narkotika dan penyelundupan, instansi ini layak jadi contoh bagaimana birokrasi bisa lincah dan tetap profesional.
Laporan: Yuyun | Editor: Fikri Artikel ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan, tanpa mengurangi substansi informasi.