
KUTIPAN – Kalau ada momen yang bikin bulu kuduk merinding tapi hati ikut adem, ya salah satunya Renungan Suci di Taman Makam Pahlawan Pusara Bhakti Bulan Gebang, Batam, Minggu (17/8/2025) dini hari. Acara ini dihadiri Wakil Ketua I DPRD Kota Batam, H. Aweng Kurniawan, bersama jajaran Forkopimda, TNI, Polri, sampai para pelajar yang rela begadang demi sejarah bangsa.
Bayangkan: tepat pukul 00.00 WIB, semua lampu dipadamkan. Gelap. Senyap. Lalu terdengar suara terompet yang tipis-tipis tapi menghunjam jantung, seperti soundtrack film perang klasik yang mendadak diputar di kepala kita. Saat itu, suasana bukan hanya haru, tapi juga mengundang renungan: seberapa sering kita ingat bahwa negeri ini berdiri di atas darah dan keringat para pahlawan?
Aweng Kurniawan lalu nyeletuk dengan pesan yang sebetulnya sederhana tapi menohok. Katanya, “Kemerdekaan ini adalah anugerah besar yang harus kita syukuri. Mari kita isi dengan semangat kebersamaan dan karya terbaik untuk membangun bangsa, khususnya Kota Batam tercinta. Para pahlawan telah berjuang dengan tetesan darah dan keringat demi kemerdekaan ini, maka tanggungjawab kita saat ini mengisi kemerdekaan dengan karya terbaik bagi bangsa.”
Kalau dipikir-pikir, pesan ini cocok banget dengan zaman sekarang. Dulu pahlawan angkat senjata, sekarang kita angkat ide, karya, dan bahkan tongsis (ya kalau mau bikin konten positif soal Batam juga sah-sah saja). Intinya: jangan sampai kita cuma jago bikin “posting kemerdekaan” di Instagram tapi lupa ikut menjaga kebersamaan di dunia nyata.
Renungan suci itu, ibarat tombol “refresh” di kepala kita. Sejenak mengingat perjuangan masa lalu, lalu sadar: merdeka itu bukan finish line, tapi starting point. Dari situ, bangsa ini harus terus lari estafet, mengoper tongkat perjuangan ke generasi berikutnya. Karena kalau kemerdekaan hanya jadi seremoni, ya sama aja kayak nonton film heroik tapi ketiduran di tengah jalan.
Jadi, mari kita isi kemerdekaan dengan hal-hal nyata, dari yang sederhana: bayar pajak tepat waktu, nggak buang sampah sembarangan, sampai kontribusi besar di bidang kerja masing-masing. Karena kalau semua mau ikut ambil bagian, Batam—dan Indonesia—nggak cuma jadi kota industri, tapi juga kota dengan jiwa yang merdeka dan bahagia.