
KUTIPAN – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Riau Kepulauan (UNRIKA) bareng Lingkar Akademisi Peduli Pembangunan Batam lagi-lagi bikin gebrakan. Senin, 8 Desember 2025, mereka menggelar forum diskusi strategis di Aula Mini UNRIKA dengan tema “Refleksi Kebijakan Nasional yang Berdampak ke Daerah.”
Isu yang diangkat bukan isu receh bahasan perubahan PP 25 dan PP 28 yang dinilai sangat memengaruhi arah pembangunan Kota Batam jadi sorotan utama. Topik ini makin relevan karena Batam punya struktur pemerintahan yang unik dan sering jadi contoh daerah berkarakter khusus.
Acara menghadirkan tiga narasumber mumpuni:
- Assoc. Prof. Dr. Lu Sudirman, S.H., M.H., M.Hum. – Dekan FH UIB
- Dr. Bismar Arianto, S.Sos., M.Si. – Dekan FISIP Universitas Raja Ali Haji
- Joko Satrio Sasongko, S.H. – Kabag Hukum Setdako Batam
Diskusi makin hidup karena dimoderatori Tubagus Pamungkas yang terkenal luwes dan mampu menjaga alur pembahasan tetap fokus.
Dekan Fakultas Hukum UNRIKA, Dr. Dwi Afni Maileni, membuka acara dengan pernyataan tegas bahwa dinamika kebijakan nasional selalu berdampak langsung ke daerah.
Ia mengingatkan bahwa Batam memiliki struktur pemerintahan yang unik sehingga perubahan kebijakan di tingkat pusat bisa memengaruhi banyak hal di lapangan.
Rektor UNRIKA, Prof. Dr. Hj. Sri Langgeng Ratnasari, juga memberikan dukungan penuh.
“Semoga ke depan kegiatan seperti ini menjadi contoh bagi organisasi lain. Mahasiswa adalah barisan terdepan dalam menyampaikan aspirasi masyarakat terkait kebijakan pemerintah,” ujarnya.
Ketua Panitia, Fahrul Anwar, menegaskan bahwa mahasiswa punya tanggung jawab moral dalam mengawal kebijakan pemerintah.
“Saya mengajak seluruh mahasiswa yang hadir untuk terus berjuang demi kepentingan rakyat. Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung kegiatan ini,” katanya.
Pemerintah Kota Batam juga memberikan apresiasi, disampaikan lewat Kepala Badan Kesbangpol, Riama Manurung, yang hadir mewakili Wali Kota Batam.
Ia menyampaikan pesan yang cukup dalam, mahasiswa bukan hanya penerus, tetapi juga pelurus dalam dinamika pembangunan daerah.
Bahasan Berat tapi Kena, Sentralisasi, Desentralisasi, dan Dinamika Batam. Sesi materi makin panas ketika Dr. Bismar Arianto memaparkan perspektifnya.
Ia menegaskan, tidak ada negara yang dapat menjalankan pemerintahan hanya dengan asas sentralisasi.
Menurutnya, berbagai hambatan justru membuat desentralisasi semakin menguat, bahkan membuka ruang bagi fase deotonomisasi atau resentralisasi tertentu.
Ia juga menjelaskan bahwa beda spirit antara Pemko Batam yang berjalan dengan semangat desentralisasi berdasarkan PP 25/2025, dan BP Batam yang fokus menggenjot investasi, seringkali menjadi sumber dinamika di lapangan.
Diskusi berlangsung interaktif. Mahasiswa aktif memberikan tanggapan kritis, menunjukkan bahwa generasi muda Batam benar-benar peduli pada arah pembangunan daerah dan efek kebijakan nasional terhadap kehidupan kota.





