
KUTIPAN – Pernikahan dini di Kabupaten Lingga belakangan jadi sorotan. Bukan karena ada tren baru atau alasan romantis, tapi karena jumlahnya dianggap cukup mengkhawatirkan. Wakil Bupati Lingga, Novrizal, punya resep yang terdengar sederhana: edukasi ke siswa dan penegakan jam malam.
“Yang jelas, karena maraknya pernikahan dini di Kabupaten Lingga ini, kami tetap berkoordinasi dengan OPD teknis, terutama Dinas Pendidikan, kemudian dinas yang berkaitan langsung itu untuk melakukan edukasi kepada siswa-siswanya,” ujar Novrizal saat diwawancarai usai peresmian Koperasi Merah Putih Kelurahan Dabo pada Kamis (14/8/2025).
Kalimatnya rapi dan resmi, tapi intinya, anak sekolah harus paham bahwa menikah itu bukan lomba siapa cepat dia dapat.
Dinas Pendidikan dan Satpol PP Dilibatkan
Selain mengandalkan edukasi, Novrizal juga menyoroti peran Satpol PP. Ia berharap penegakan aturan jam malam tetap berjalan.
“Kemudian untuk Sat Pol PP, kita berharap untuk lebih tekankan kepada penegakan atau jam malam itu bagaimana sistemnya itu tetap diberlakukan,” lanjutnya.
Dengan kata lain, pemerintah ingin memastikan anak-anak pulang sebelum larut malam. Alasannya jelas: mengurangi risiko pergaulan yang bisa berujung pada pernikahan dini.
Menekan Angka Pernikahan Dini
“Ini untuk menekan terkait dengan pernikahan dini di Kabupaten kita,” tegas Novrizal.
Bagi sebagian orang, penegakan jam malam mungkin terasa kuno. Tapi di mata pemerintah daerah, ini salah satu cara praktis untuk meminimalisir pergaulan bebas. Ditambah edukasi yang tepat di sekolah, harapannya tren pernikahan dini bisa menurun.
Meski begitu, upaya ini juga butuh dukungan dari orang tua, lingkungan, dan tentu saja anak muda itu sendiri. Karena pada akhirnya, mencegah pernikahan dini bukan hanya soal jam malam, tapi juga soal membangun kesadaran bahwa masa depan itu panjang—dan sekolah dulu itu bukan ide buruk.
Laporan: Dito Editor: Husni