
KUTIPAN – Kalau bicara Pulau Penyengat, jangan cuma bayangin pasir, laut, dan foto-foto Instagramable saja. Bagi Gubernur Kepulauan Riau, Ansar Ahmad, pulau kecil di jantung Tanjungpinang ini punya makna yang jauh lebih dalam: sebagai jembatan lintas generasi yang menyatukan masa lalu, masa kini, dan masa depan Kepri.
Nggak heran kalau di bawah kepemimpinannya bersama Wakil Gubernur Nyanyang Harris Pratamura, berbagai pembenahan terus dilakukan buat mempercantik sekaligus melestarikan Pulau Penyengat. Selain infrastruktur, promosinya juga terus digenjot. “Penting juga mempromosikannya secara masif,” sebut Gubernur Ansar.
Soalnya, kata Ansar, Pulau Penyengat itu bukan sekadar hamparan tanah di tengah laut. “Ia adalah jembatan lintas generasi. Tempat di mana sejarah, budaya, dan kearifan lokal berpadu dalam harmoni,” ujarnya saat berkunjung kembali ke Penyengat, Jumat (13/6/2026).
Makanya, tiap ada tamu penting datang ke Kepri, selalu diajak mampir ke sini. Dari pejabat pusat, kepala daerah, sampai delegasi luar negeri, semua diboyong menyeberang sejenak. Termasuk kemarin, Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi dan Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal pun turut diajak berkeliling.
“Ini tidak lain sebagai bentuk kebanggaan sekaligus sarana untuk lebih memperkenalkan Pulau Penyengat baik di tingkat nasional maupun mancanegara,” imbuh Ansar.
Memang, kalau lagi di Penyengat, ada banyak hal yang bikin pengunjung merasa kayak mesin waktu beneran. Mulai dari Masjid Raya Sultan Riau yang legendaris, berdiri kokoh dengan campuran putih telur, batu kapur, dan pasir laut. Masjid ini bukan sekadar tempat ibadah, tapi juga bukti ketekunan masyarakat masa lampau membangun peradaban.
Lalu, siapa yang tak kenal Raja Ali Haji? Tokoh besar Melayu yang melahirkan Gurindam Dua Belas dan menjadi penggagas bahasa Melayu baku, yang akhirnya jadi akar bahasa Indonesia sekarang. Peninggalannya masih bisa dilihat di perpustakaan kecil dan makamnya yang dijaga penuh khidmat.
“Di sinilah generasi masa kini dan mendatang belajar menghargai ilmu, sastra, dan semangat kebangsaan,” tambah Ansar.
Tapi ya, Penyengat bukan cuma tempat buat mengingat sejarah. Ada juga suasana kampung yang tenang, warga lokal yang ramah, dan pemandangan laut yang selalu menyegarkan mata. Kombinasi itu bikin wisatawan bukan sekadar melihat masa lalu, tapi juga menyerap nilai yang bisa dibawa ke masa depan.
“Pulau ini mengajarkan bahwa warisan budaya bukan untuk dikenang saja, melainkan untuk dihidupkan kembali—dengan cinta, penghormatan, dan rasa ingin tahu,” jelas Ansar.
Intinya, Gubernur Ansar mengajak semua pihak buat sama-sama menjaga dan menghidupkan kembali denyut kebudayaan Melayu yang sudah diwariskan turun-temurun ini.
“Pemerintah Kepri Insyaallah akan berkomitmen untuk terus melakukan pembenahan di Pulau Penyengat agar Pulau ini selalu menarik untuk dikunjungi,” tutup Ansar dengan penuh optimisme.
Jadi, kalau mau cari wisata yang bukan cuma enak dipandang, tapi juga penuh pelajaran hidup, Pulau Penyengat jelas bukan pilihan yang salah.
Untuk informasi beragam lainnya ikuti kami di medsos:
https://www.facebook.com/linggapikiranrakyat/
https://www.facebook.com/kutipan.dotco/




