
KUTIPAN – Kota Batam dikenal sebagai kota industri, kota strategis, kota pelabuhan, bahkan kadang disebut sebagai gerbang masa depan Indonesia di barat. Tapi ternyata, di balik gemerlapnya kawasan industri dan ekspor-impor, masih ada cerita getir soal air bersih. Tepatnya di Kampung Tua Piayu Laut.
Hari Rabu, 7 Mei 2025, Anggota Bidang Pelayanan Umum BP Batam, Ariastuty Sirait, turun langsung ke lokasi. Bukan sekadar lewat atau selfie doang, tapi benar-benar memantau distribusi air bersih dan—yang paling penting—mendengar keluhan warga yang sudah lama hidup tanpa aliran air bersih.
Satu masalah yang muncul: jaringan pipa belum ada. Sederhana, tapi dampaknya luar biasa. Tanpa pipa, jangan harap air bersih bisa langsung sampai ke rumah warga. Selama ini, air dikirim pakai truk tangki. Iya, truk. Lalu air ditampung di tandon, baru dibagi-bagi ke warga. Rasanya seperti tinggal di pelosok yang jauh dari akses, padahal ini masih dalam jangkauan Kota Batam.
Ariastuty bilang, “Di tengah efisiensi anggaran saat ini, kami akan berkomunikasi dan meyakinkan pembangunan jaringan ini bisa dilaksanakan.”
Jadi rencananya, kalau anggaran disetujui, proyek ini bakal masuk tahap lelang, lalu pembangunan memakan waktu sekitar 6 bulan. Targetnya, Februari 2026, air bersih bisa langsung ngalir ke rumah-rumah warga Kampung Tua Piayu Laut. Tentu saja itu kalau semuanya sesuai rencana.
“Sehingga kita harapkan di bulan Februari 2026 rencana ini bisa terealisasi dan air sudah teraliri ke Kampung Tua Piayu Laut,” lanjut Ariastuty.
Sekarang, sembari menunggu pipa-pipa itu digelar, BP Batam berinisiatif mengirim air setiap hari menggunakan truk tangki. Tandon-tandon air yang sudah dibangun menjadi titik distribusi ke seluruh kampung. Tidak ideal, tapi setidaknya tidak dibiarkan begitu saja.
Persoalan distribusi air bersih ini ternyata bukan hal sepele bagi BP Batam. Kepala BP Batam Amsakat Achmad dan Wakil Kepala BP Batam Li Claudia Chandra disebut menjadikan ini sebagai prioritas utama.
“Kami yakin dengan dukungan penuh dari berbagai pihak, target ini dapat kita realisasikan demi kesejahteraan seluruh warga Kota Batam,” tutup Ariastuty.
Narasi ini sebetulnya mengajak publik berpikir: kalau di tengah kota saja warga masih kesulitan air bersih, bagaimana dengan daerah yang lebih terpencil? Infrastruktur dasar seperti air seharusnya jadi prioritas sejak lama. Tapi realitanya, banyak kampung yang harus menunggu proses lelang, persetujuan anggaran, hingga “meyakinkan pihak-pihak terkait”.
Laporan: Yuyun Editor: Husni Laporan ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan.