KUTIPAN – Selayar, Lingga – SMA Negeri 1 Selayar pada Sabtu, 19 Oktober 2024, sukses menggelar Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema Kearifan Lokal. Kegiatan ini bertujuan mengangkat budaya Melayu, dengan fokus utama pada pelestarian busana tradisional dan keterampilan membuat tanjak.
Menurut Kepala Sekolah SMA N 1 Selayar, Josua Ginting, proyek ini memiliki tujuan agar siswa tidak hanya mengenal tetapi juga mahir membuat tanjak. “Harapan kami, setelah ini mereka bisa membuat tanjak sendiri. Jika ke depannya kami tetapkan pemakaian tanjak setiap Jumat, mereka sudah terbiasa dan siap,” jelas Josua.
Selain fokus pada tanjak untuk siswa laki-laki, Josua menyebutkan rencana memperkenalkan busana Melayu kepada siswi perempuan. “Kami ingin agar setiap bulan sekali, semua siswa mengenakan pakaian khas Melayu. Ini langkah penting agar budaya ini dikenal dan terus dilestarikan,” tambahnya.
Josua juga mengungkapkan rencana memperluas program ini ke jenjang pendidikan lain di wilayah Selayar dan Lingga. “Kami berharap tradisi ini bisa berkembang hingga ke tingkat SMP dan SD, sehingga budaya Melayu semakin melekat di hati masyarakat Lingga, yang dikenal sebagai Bunda Tanah Melayu,” katanya.
Kegiatan P5 ini tak hanya berfokus pada keterampilan membuat tanjak. Sekolah juga menggandeng komunitas budaya Tuah Anta Permana untuk memberikan materi tambahan dan memperkaya pengetahuan siswa tentang warisan budaya lokal.
Lebih jauh, Josua menyampaikan bahwa program ini sejalan dengan arahan terbaru Kementerian Pendidikan mengenai penerapan seragam bernuansa daerah. “Dalam surat edaran, sekolah dianjurkan memasukkan unsur pakaian daerah. Kami berencana memulainya dengan kewajiban mengenakan busana Melayu pada Jumat tertentu setiap bulan,” paparnya.
Dengan diadakannya proyek P5 ini, SMA N 1 Selayar tidak hanya berusaha memperkuat identitas budaya lokal di kalangan pelajar, tetapi juga menjadikan tradisi Melayu sebagai bagian dari rutinitas sehari-hari.
“Tujuan akhir kami adalah membangkitkan rasa bangga siswa terhadap budaya leluhur dan menjadikan tradisi ini tetap relevan di kehidupan modern,” tutup Josua. (*Seka)