
Premanisme itu ibarat debu di rumah: kalau dibiarkan, lama-lama bukan cuma bikin kotor, tapi bisa bikin sesak napas. Maka dari itu, Polda Kalimantan Selatan tak mau menunggu semuanya bertambah parah.
Lewat Operasi Sikat I Intan 2025, polisi menebas habis aksi-aksi kriminal jalanan. Selama 9 hari pelaksanaan operasi, mereka berhasil mengungkap 66 kasus premanisme dan mengamankan 135 tersangka dari berbagai daerah di Kalimantan Selatan.
Dalam konferensi pers yang digelar di halaman Mapolda Kalsel pada Jumat (9/5), Kapolda Kalsel Irjen Pol Rosyanto Yudha Hermawan, S.I.K., S.H., M.H., membeberkan rincian capaian operasi ini.
“Dalam operasi ini, kami berhasil mengamankan sebanyak 135 orang tersangka dari 66 kasus yang berhasil diungkap,” jelas Rosyanto di hadapan awak media.
Operasi ini bukan sekadar berburu pelaku pemalakan ala jalanan. Sasaran mereka meliputi berbagai bentuk tindak kriminal yang meresahkan, seperti penganiayaan, pungutan liar, hingga intimidasi.
Barang bukti yang disita juga menunjukkan beragam bentuk kejahatan yang terjadi. Polisi menemukan senjata tajam, miras, obat terlarang, narkoba, airsoft gun, serta kendaraan bermotor roda empat (R4) dan roda dua (R2).
Semua ini menjadi bukti bahwa premanisme modern tak selalu sekadar obrolan kasar di warung kopi. Ada yang sudah memodifikasi diri dengan membawa senjata tajam, bahkan airsoft gun.
Kapolda Kalsel menegaskan, wilayah hukum Kalimantan Selatan zero tolerance terhadap aksi premanisme. Tak ada ruang kompromi untuk segala bentuk ancaman yang mengganggu rasa aman masyarakat.
“Operasi ini merupakan komitmen kami untuk menciptakan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat. Kami akan terus menindak tegas segala bentuk kriminalitas, termasuk aksi premanisme,” tegas Rosyanto.
Lebih lanjut, Kapolda juga mengimbau masyarakat agar aktif melaporkan bila menemukan aksi kriminalitas. Karena yang tahu kondisi lingkungan sehari-hari, siapa lagi kalau bukan warga sendiri?
Operasi Sikat I Intan menjadi bagian dari strategi besar Polda Kalsel untuk menekan angka kriminalitas sekaligus menjaga stabilitas keamanan. Karena kalau keamanan goyah, bukan cuma aktivitas warga yang terganggu, tapi juga peluang investasi dan pembangunan daerah.
Premanisme memang tidak bisa diberi ruang, bahkan sedikit pun. Karena dari satu pungli kecil, bisa merembet ke intimidasi, pemalakan, dan akhirnya menciptakan ekosistem ketakutan. Dan kalau ekosistem takut yang berkembang, jangan harap ekonomi mau bergerak maju.
Editor: Fikri
Disclaimer: Artikel ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan, tanpa mengurangi substansi informasi.
Untuk informasi beragam lainnya, kutip kami di channel WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VancJwh96H4ZVUpqeI2A atau https://whatsapp.com/channel/0029VaiC5KU65yDImom42a11